JAKARTA – Presiden Prabowo Subianto menyindir orang-orang yang serakah mengambil kekayaan Indonesia. Ia menegaskan, perilaku tersebut sebagai mazhab serakahnomics.
“Kekayaan kita luar biasa tapi maling-maling pun luar biasa, kalian luar biasa nggak jera-jera sudah dikasih warning berkali-kali masih aja," kata Prabowo pada Kongres Partai Solidaritas Indonesia (PSI), di Universitas Muhammadiyah Surakarta (UMS), Jawa Tengah.
"Saya sedih mereka-mereka itu menurut saya sudah di arah bukan lagi masuk akal atau apa mereka ini dalam rangka sudah serakah," sambung Prabowo.
Berikut fakta-fakta Serakahnomics yang dirangkum Okezone, Sabtu (26/7/2025).
Menurut Prabowo, perilaku serakah dalam konteks ekonomi tidak memiliki dasar dalam teori ekonomi konvensional, baik dalam kajian akademik maupun praktik kebijakan.
“Jadi ternyata kita ada fenomena baru saya kita mazhabnya tadi mazhab ini mazhab itu, ini ada masa baru ekonomi itu yang saya sebut mazhab serakahnomics,” tegas Prabowo.
Mazhab tersebut, lanjut Prabowo, hanya mengedepankan kerakusan individu atau kelompok tanpa memikirkan dampaknya terhadap rakyat. Dia pun memberikan peringatan tegas bahwa praktik-praktik semacam itu akan ada waktunya untuk diusut dan ditindak.
“Serakahnomics ini sudah lewat enggak ada di buku, enggak ada di universitas ekonomi kayak begini Ini ilmu serakah. Tapi ya tunggu tanggal mainnya,” tegasnya.
Prabowo Subianto kembali menyinggung serakahnomics.
Pernyataan ini disampaikan Prabowo saat memberikan sambutan di peluncuran Koperasi Desa (Kopdes) Merah Putih di Klaten, Jawa Tengah, hari ini.
Kepala Negara menjelaskan, serakahnomics merujuk pada pengusaha-pengusaha serakah.
“Ada yang mengatakan ada mazhab ekonomi liberal, neoliberal, pasar bebas, sosialis, ekonomi komando dan sebagainya. Ini bukan. Ini lain. Ini saya beri nama serakahnomics. Ini adalah serakahnomics. Ini enggak perlu kita kasih perlakuan yang baik,” tegas Prabowo.
Dia mencontohkan kasus beras oplosan yang ramai belakangan. Kecurangan tersebut menimbulkan kerugian hingga Rp100 triliun.
“Masa tega petani setengah mati, rakyat kita masih banyak yang susah, ada yang mau cari keuntungan di atas penderitaan rakyat. Itu namanya adalah mengisap darah rakyat. Itu adalah, menurut saya, parasit pengisap darah, vampir. Vampir ekonomi,” ujar dia.
Dia pun menggambarkan, jika para pengusaha mematuhi aturan undang-undang dan regulasi yang disiapkan pemerintah, Indonesia bisa membangun sekolah-sekolah.
“Kalau saya punya Rp100 triliun tiap tahun, berarti kita bisa perbaiki 100.000 sekolah. Kita punya 330.000 sekolah. Dalam 3 setengah tahun, kita akan perbaiki semua sekolah di seluruh Indonesia. Bayangkan, saudara-saudara, ini yang kita anggap sabotase ekonomi Indonesia. Menikam rakyat dari belakang. Dan ini kita harus hentikan,” tegas dia.
(Taufik Fajar)