Tren penurunan ini tidak lepas dari melemahnya penjualan rokok di Indonesia. Selain karena pergeseran pola konsumsi masyarakat, maraknya peredaran rokok ilegal yang dijual dengan harga lebih murah turut memukul pasar.
Laporan keuangan Semester I 2025 menunjukkan bahwa laba Gudang Garam hanya Rp117,1 miliar, anjlok lebih dari 87% dibanding periode yang sama tahun sebelumnya yang mencapai Rp925,5 miliar. Pendapatan pun terkoreksi dari Rp50,01 triliun pada pertengahan 2024 menjadi Rp44,3 triliun di 2025.
Penurunan laba ini juga berimbas pada performa saham perusahaan yang sepanjang 2025 sudah turun lebih dari 33%. Jika dihitung sejak lima tahun terakhir, nilai sahamnya bahkan merosot lebih dari 80%, berada di level Rp8.800 per lembar.
Sebagai pemilik sekaligus Presiden Direktur, Susilo Wonowidjojo kini menghadapi tantangan berat untuk mengembalikan kejayaan Gudang Garam. Dengan semakin ketatnya regulasi, persaingan dengan rokok ilegal, serta menurunnya minat konsumen terhadap rokok, masa depan perusahaan ini akan sangat ditentukan oleh strategi diversifikasi bisnis yang lebih agresif dan inovatif.
(Feby Novalius)