Dalam rencana pengembangan bisnisnya, PIS menyiapkan operasi LCO₂ carriers yang akan mengangkut karbon hasil tangkapan dari sumber emisi industri, seperti pembangkit listrik, kilang, maupun produksi amonia. Karbon yang diangkut akan didistribusikan ke terminal penerima darat, untuk kemudian disalurkan melalui jaringan pipa ke lokasi penyimpanan bawah laut.
Indonesia memiliki potensi besar dalam penyimpanan karbon, salah satunya Cekungan Sunda Asri yang diperkirakan mampu menampung sekitar 1,1 gigaton CO₂. Dengan posisi geografi yang strategis, PIS optimistis dapat memainkan peran penting dalam menjadikan Indonesia pusat CCS/CCUS regional di Asia Tenggara.
Upaya dekarbonisasi PIS juga nampak dari pengembangan solusi teknologi cerdas melalui PIS-SmartShip. Hingga pertengahan 2025, sekitar 50% armada telah dilengkapi fitur SmartShip 2.0 untuk efisiensi operasional dan pemantauan emisi. Teknologi ini mampu menghemat 324 ton bahan bakar dan 1.021 ton CO₂ hanya dalam satu bulan operasi, sekaligus mendukung perhitungan Carbon Intensity Indicator (CII) secara real-time.
“Penerapan teknologi ini menjadi jembatan penting menuju kesiapan PIS dalam mendukung angkutan karbon. Kami tidak hanya menyiapkan kapal yang andal, tetapi juga sistem digital yang memastikan efisiensi energi dan pengurangan emisi di seluruh rantai pasok,” tambah Muthia.
(Feby Novalius)