Harga Bitcoin Naik Lagi Tembus Rp1,5 Miliar, Ini Penopangnya

Dani Jumadil Akhir, Jurnalis
Kamis 04 Desember 2025 07:23 WIB
Harga Bitcoin Naik Lagi Tembus Rp1,5 Miliar, Ini Penopangnya (Foto: Freepik)
Share :

JAKARTA - Harga Bitcoin (BTC) kembali naik dan menembus level USD92.000 atau setara Rp1,52 miliar (kurs Rp16.600 per USD) pada Selasa malam hingga Rabu pagi waktu Indonesia, setelah sebelumnya mengalami tekanan pasar yang memicu likuidasi lebih dari USD250 juta pada pekan lalu. Kenaikan ini didorong oleh menguatnya minat institusi keuangan global terhadap aset digital serta pemulihan sentimen pasar setelah penurunan tajam akhir pekan lalu.

Goldman Sachs dikabarkan akan mengakuisisi Innovator Capital Management dalam kesepakatan senilai sekitar USD2 miliar. Innovator menerbitkan ETF yang memungkinkan investor tradisional mendapatkan akses Bitcoin melalui instrumen yang terkelola dan sesuai aturan pasar. Akuisisi ini memperkuat posisi Goldman dalam ekosistem ETF, khususnya ketika permintaan produk terkait Bitcoin terus meningkat.

Di saat yang sama, Vanguard yang selama bertahun-tahun menolak aset digital, resmi membuka akses perdagangan ETF Bitcoin di platformnya. Keputusan ini memberi puluhan juta klien mereka berkesempatan untuk mendapatkan eksposur terhadap Bitcoin melalui instrumen yang diatur. 

Langkah ini menyusul perubahan kebijakan Bank of America yang mulai memperbolehkan 15.000 penasihat keuangannya memberikan rekomendasi alokasi Bitcoin sebesar 1-4 persen kepada nasabah mereka. Beberapa keputusan strategis dari institusi besar menjadi katalis penting dalam penguatan harga Bitcoin kali ini.

“Penerimaan institusi besar menjadi faktor utama dalam kenaikan Bitcoin. Langkah Goldman Sachs, Vanguard, hingga Bank of America membuka akses lebih luas terhadap produk berbasis Bitcoin telah meningkatkan kepercayaan investor terhadap aset kripto,” kata Vice President Indodax Antony Kusuma di Jakarta, Kamis (4/12/2025).

Dia menambahkan bahwa pemulihan harga Bitcoin kali ini juga dipengaruhi oleh dinamika pasar jangka pendek. “Setelah terkoreksi ke area USD83.800-USD84.000 dan memicu likuidasi besar, pasar langsung menunjukkan minat beli yang kuat. Volume perdagangan global meningkat signifikan dalam 24 jam. Rebound ini menunjukkan respons cepat pasar terhadap level support yang cukup kuat,” ungkapnya.

Harga Bitcoin Naik Lagi
 

Sentimen makro turut memberi warna pada pergerakan harga. Berakhirnya program Quantitative Tightening (QT) pada Senin (1/12) oleh Federal Reserve (The Fed) juga menjadi salah satu katalis utama yang memperkuat likuiditas pasar. 

The Fed menutup QT dengan menyuntikkan sekitar USD13,5 miliar melalui operasi repo harian, salah satu injeksi likuiditas terbesar sejak masa pandemi. Peningkatan likuiditas ini biasanya mendukung aset berisiko, termasuk kripto, karena tekanan kebijakan moneter mulai mereda.

Saat ini, pasar global tengah menanti keputusan The Fed pada pertemuan 9-10 Desember 2025 terhadap kebijakan pemangkasan suku bunga sebesar 25 basis poin. Ekspektasi terhadap kebijakan moneter yang lebih longgar secara historis menjadi pendorong utama minat terhadap aset berisiko termasuk Bitcoin.

Antony menegaskan bahwa meskipun volatilitas masih tinggi, perkembangan terbaru menunjukkan adopsi institusional yang semakin kuat. “Langkah institusi besar masuk ke aset digital memberikan sinyal positif mengenai penerimaan jangka panjang terhadap Bitcoin. Namun investor kripto tetap perlu berhati-hati, tidak FOMO, serta menggunakan strategi investasi jangka panjang seperti dollar-cost averaging (DCA) dan manajemen risiko yang disiplin,” ujarnya.

(Dani Jumadil Akhir)

Halaman:
Share :
Follow WhatsApp Channel Okezone untuk update berita terbaru setiap hari
Topik Artikel :
Berita Terkait
Terpopuler
Telusuri berita Finance lainnya