Paket stimulus ini diharapkan dapat menjaga stabilitas dan mendorong kembali perekonomian di daerah terdampak, dengan rencana pengumuman resmi pada pekan depan.
Di pasar Surat Berharga Negara (SBN), dana asing telah keluar selama tiga bulan berturut-turut hingga November 2025. Imbal hasil SBN acuan tenor 10 tahun meningkat dari level terendah tahun ini di 5,93% pada Oktober menjadi 6,23% pada awal Desember, menunjukkan adanya tekanan jual.
Rupiah menguat bersama mayoritas mata uang Asia, seperti Ringgit Malaysia (0,33%), Dolar Taiwan (0,22%), Baht Thailand (0,08%), dan Dolar Singapura (0,05%). Namun, Won Korea, Yen Jepang, dan Peso Filipina melemah terhadap dolar AS.
Sementara itu, Indeks Dolar AS sore ini menguat tipis 0,09% menjadi 98,43, setelah sempat turun dua hari berturut-turut. Bank-bank besar seperti Deutsche Bank dan Goldman Sachs memperkirakan dolar AS akan melemah tahun depan seiring penurunan suku bunga The Fed yang berkelanjutan.
Untuk perdagangan awal pekan depan (Senin), Ibrahim Assuaibi memprediksi Rupiah akan bergerak fluktuatif namun ditutup melemah di rentang Rp16.640 hingga Rp16.700 per dolar AS.
(Feby Novalius)