Dinamika di Amerika Serikat tersebut berdampak langsung pada indeks dolar AS (DXY) yang tetap perkasa. Perry menjelaskan kondisi ini menyebabkan aliran modal asing ke negara berkembang (emerging markets) masih terbatas.
“Perkembangan ini menyebabkan indeks mata uang dolar AS (DXY) masih tetap tinggi dan masih tetap terbatasnya aliran masuk modal asing ke emerging market,” ungkapnya.
Menutup paparannya, Perry menegaskan perlunya kewaspadaan ekstra terhadap kebijakan-kebijakan global guna menjaga stabilitas dan pertumbuhan ekonomi nasional.
“Ke depan, ketidakpastian perekonomian global diperkirakan tetap tinggi dengan prospek pertumbuhan ekonomi dunia yang masih lemah. Kondisi tersebut memerlukan kewaspadaan dan pengamatan respons kebijakan untuk memperkuat daya tahan ekonomi domestik dari dampak pelambatan global serta untuk mendorong pertumbuhan yang lebih tinggi di dalam negeri,” pungkas Perry.
Perlu diketahui, berdasarkan asesmen dan proyeksi tersebut, Rapat Dewan Gubernur Bank Indonesia pada 16 dan 17 Desember 2025 memutuskan untuk mempertahankan BI Rate sebesar 4,75 persen, suku bunga Deposit Facility juga tetap sebesar 3,75 persen, dan suku bunga Lending Facility tetap sebesar 5,5 persen.
Keputusan ini konsisten dengan upaya menjaga stabilitas nilai tukar rupiah di tengah masih tingginya ketidakpastian global dengan tetap memperkuat.
(Taufik Fajar)