Advertisement
Advertisement
Advertisement
Advertisement
Pasar Baru (3)

Konsepnya Dinilai Terlalu Ekstrem

Trust , Jurnalis-Kamis, 03 Januari 2008 |14:05 WIB
Konsepnya Dinilai Terlalu Ekstrem
A
A
A

JAKARTA - Kendati dirancang begitu megah dan nyaman, konsep ini masih jua memberi celah bagi kalangan bawah. Di antaranya, ada ruang khusus bagi kalangan pedagang kaki lima bisa mengail rezeki di sana.

Tapi, khusus buat mereka ada batasnya, yakni hanya bisa berjualan di malam hari hingga subuh. Nantinya, Pasar Baru di malam hari akan menjelma menjadi pasar rakyat. Tak hanya barang kelontong, pakaian, dan sepatu yang dijajakan.

Mereka juga boleh menjual makanan dan minuman, sehingga di pasar ini akan tercipta wisata kuliner yang eksotik dan mengasyikkan.

Dengan begitu, Pasar Baru tak hanya milik kaum elite berduit, namun juga layak dikunjungi kalangan kebanyakan. Dan dengan model penataan seperti itu, kegiatan perniagaan di pasar ini bisa berlangsung selama 24 jam. Sungguh strategi dagang nan cerdik.

Tapi untuk memproses gagasan tersebut menjadi rencana teknis yang siap direalisasikan, bukanlah perkara mudah. Konsep revitalisasi yang disodorkan oleh King itu, menurut Wiriyatmoko, prinsipnya Pemprov DKI sudah menyetujui. Hanya saja, untuk melaksanakannya masih terkendala oleh banyak hal.

Berdasarkan hitung-hitungan di atas kertas, jika rencana tersebut jadi dilaksanakan, diperkirakan akan memakan tempo pembangunan selama satu tahun dan membutuhkan dana investasi sekitar Rp 30 miliar.

Nah, masalahnya, dari mana sumber pendanaannya? Mengharapkan bantuan sepenuhnya dari Pemprov DKI Jakarta, sepertinya mustahil. Selain belum dianggarkan dalam APBD, juga jika direncanakan akan memakan waktu yang sangat lama lantaran kepentok birokrasi yang berbelit. Maklum, untuk mencapai keinginan ini diperlukan kebijakan yang diterbitkan pemerintah dan disetujui para wakil rakyat.

Idealnya sih, dana itu ditanggung bersama oleh seluruh pedagang yang selama ini mengail rezeki di sana. Tapi masalahnya, belum lagi membicarakan porsi dana yang akan dibagi di antara mereka, potensi konflik yang tak kalah peliknya sudah menghadang.

Persoalan yang terakhir ini sangat mungkin terjadi karena dipicu oleh masalah hak lahan dan bangunan yang selama ini dimiliki oleh para penduduk di sana. Lazimnya, sebuah rencana yang melibatkan banyak kepentingan, penyelesaiannya akan terkatung-katung tiada akhir.

Alih-alih tengah dicari jalan keluarnya, suara bernada miring pun mulai merebak di sejumlah kalangan. Ide revitalisasi itu, kata mereka, hanya akal-akalan King untuk melaksanakan ambisinya.

Untuk diketahui, di salah satu sudut Pasar Baru, saat ini King tengah gencar membangun Pasar Baru Residence, yakni apartemen bermenara kembar yang megah. Bukan hal yang mustahil bila di balik semua rencana revitalisasi itu, merupakan strategi untuk menarik minat kalangan pembeli apartemennya.

Benarkah begitu? Tentunya King menampik tudingan itu. Menurutnya, bila revitalisasi Pasar Baru jadi diwujudkan, bukan dirinya saja yang akan diuntungkan. Namun, seluruh pedagang akan memetik hasil lebih banyak lantaran pengunjung yang berbelanja di pasar ini semakin membeludak.

Lebih dari itu, karena kegiatan ekonomi di kawasan ini cenderung akan meningkat, pajak yang dipetik oleh Pemprov DKI Jakarta pun akan semakin melonjak.

Tapi, ada juga yang menilai konsep yang ditawarkan King itu terlalu ekstrem. Bila gagasannya itu benar-benar dilaksanakan, kata mereka, niscaya berpotensi akan memusnahkan ciri khas yang ada di Pasar Baru. Itu, layaknya nasib sejumlah bangunan tua yang selama ini menjadi saksi bisu lahirnya sejarah peradaban di kawasan ini. Belajar dari sana, tampaknya, kita harus lebih arif lagi.

(Rani Hardjanti)

Follow WhatsApp Channel Okezone untuk update berita terbaru setiap hari
Topik Artikel :
Berita Terkait
Telusuri berita finance lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement