JAKARTA - Seiring makin bertambahnya orang kaya di negeri ini, pasar arloji mahal pun semakin semarak. Mereka yang tergolong high class rela mengeluarkan fulus hingga miliaran rupiah hanya untuk memiliki sebuah jam tangan.
Time is money. Begitulah ungkapan klasik yang bermakna begitu berharganya waktu. Tapi, di kalangan tertentu, masih ada ungkapan lain yang lebih bernilai, yakni time for luxury. Yang maknanya kurang lebih sambil melihat waktu, sekaligus memamerkan kemewahan.
Bagi mereka yang notabenenya kalangan orang kaya, jam tangan atau arloji bukan lagi barang yang hanya berfungsi sebagai penunjuk waktu. Tapi juga gengsi.
Karena itu, rupanya, alat penunjuk waktu ini pun dirancang menjadi barang mewah, bahkan ada yang dibanderol hingga miliaran rupiah per unit.
Menariknya, tradisi yang telah berlangsung selama ratusan tahun itu, tak hanya berlaku di kalangan ningrat dan saudagar di zaman dulu. Nyatanya, perniagaan jam tangan mewah (watch luxury), terutama dari merek-merek terkenal di dunia, sampai sekarang masih jua marak. Tak terkecuali di negeri ini.
Rupanya, mereka yang tergolong kaya di negeri ini, populasinya cukup menjanjikan. Bahkan cenderung terus bertambah. Itu, jika melihat hasil survei Merrill and Capgemini yang dipublikasikan tahun lalu.
Katanya, pertumbuhan orang kaya di Indonesia tergolong pesat, mencapai 16 persen. Mereka yang memiliki aset lebih dari USD1 miliar, bahkan pertumbuhannya melebihi rata-rata angka di dunia yang hanya 8,3 persen.
Buat ukuran di kawasan Asia Pasifik, pertumbuhan orang kaya di Indonesia menempati urutan ketiga setelah Singapura (21,2 persen) dan India (20,5 persen).
Berdasarkan gambaran tersebut, tak heran, bila negeri ini patut digolongkan sebagai pasar sangat potensial bagi produk mewah, tak terkecuali watch luxury. Realitasnya pun sulit dimungkiri. Lihat saja sejumlah peristiwa di beberapa pekan silam, di saat yang hampir bersamaan, lahir sejumlah butik jam tangan mewah.
Salah satunya adalah Channel yang bekerja sama dengan Time International (PT Timerindo Perkasa International), di Grand Indonesia, Jakarta. Yang lain adalah gerai Tag Heuer di Senayan City.
Satu dasawarsa lalu, jika sebuah arloji dibanderol Rp30-40 juta, produk ini sudah layak digolongkan sebagai barang mahal nan mewah. Tapi kini sudah berubah, yang patut digolongkan sebagai arloji premium adalah yang berharga di atas Rp 70 juta.
Artinya, masih ada "sekeping" watch luxury yang ditawarkan lebih mahal lagi, bahkan ada yang dibanderol di atas satu miliar rupiah. Tak percaya? Seorang sales di Time International mengaku bahwa dirinya pada tahun lalu berhasil menjual sebuah Vacheron Constantin seharga USD198 ribu, atau setara dengan Rp 1,8 miliar.
Maraknya perniagaan arloji mewah di negeri ini, tampak sulit dimungkiri. Mereka yang meminati jenis produk ini, menurut General Manager Marketing Time International Shanon Hartono, kebanyakan bukanlah dari kalangan snob yang gemar menghambur-hamburkan kekayaannya, melainkan yang memiliki wawasan seni tinggi.
"Bagi mereka, membeli arloji mewah layaknya membeli lukisan," katanya.
Sebelum membeli lukisan, lazimnya para kolektor telah mengenal betul kualitas dan nilai seninya. Bila tertarik, mereka berusaha mencari peluang untuk mendapatkannya, di antaranya dengan mendatangi berbagai balai lelang ternama, seperti Christie's atau Sotheby's.
Karena sudah merasa cocok, bahkan mereka rela mengeluarkan dana hingga jutaan dolar hanya untuk sebuah lukisan.
Begitu pula kecenderungannya di kalangan penggemar watch luxury, kebanyakan adalah mereka yang benar-benar memahami cara menghargai kualitas dan keindahan sebuah jam. Bila cocok, berapa pun harganya, tidaklah masalah.
Banyak faktor yang membuat sebuah arloji berharga sangat tinggi. Yang paling sederhana, bisa diukur dari materialnya. Wajar saja berharga mahal bila bahan bakunya terbuat dari logam mulia (seperti emas, platinum, atau titanium) serta dihiasi batu mulia.
Kemudian, orang akan menilai dari sisi teknologinya, lazimnya, semakin canggih, jika tak mau dibilang rumit, harganya cenderung akan semakin mahal.
Pasar juga cenderung akan lebih menghargai jam yang dibuat secara hand made ketimbang buatan mesin. "Watch luxury yang dibuat terbatas juga bisa mendongkrak harga," ujar Shanon.
Selain mereka yang memiliki rasa seni, para peminat jam mewah juga ada yang dikelompokkan sebagai watch concern.
Yang termasuk dalam kelompok ini, menurut CEO Time International Irwan Danny Mussry adalah mereka yang benar-benar memperhatikan secara detail perkembangan model dan teknologi arloji.
Mereka juga cenderung berperilaku sebagai kolektor yang gemar mengumpulkan produk tergolong eksklusif, alias yang dibuat dalam jumlah terbatas (limited edition). Secara umum, Rolex, Patek Philippe, dan Tag Heuer adalah merek jam tangan yang paling digemari pasar watch luxury di negeri ini.
(Rani Hardjanti)