Advertisement
Advertisement
Advertisement
Advertisement

Sulitnya Penerapan SNI Wajib Meredam Impor Helm

Sandra Karina , Jurnalis-Selasa, 23 Februari 2010 |20:06 WIB
Sulitnya Penerapan SNI Wajib Meredam Impor Helm
Ilustrasi
A
A
A

JAKARTA - Perusahaan helm luar negeri yang sulit memenuhi Standar Nasional Indonesia (SNI) Wajib membuat impor helm mengalami penurunan.

"Impor tahun 2008 mencapai USD8 juta tahun 2009 turun mencapai 50 persen,"kata Staf Ahli Asosiasi Helm Indonesia (AIHI) Thomas Lim di Jakarta, Selasa (23/2/2010).

Thomas menuturkan, produsen helm internasional merasakan kesulitan untuk mendapat sertifikat SNI. "Ada sembilan item yang harus dilengkapi oleh importir untuk mendapat Sertifikat SNI diantaranya uji material, uji tekanan, dan tali pengikat," ujarnya.

Selain itu, untuk mendapat SNI, kata dia, memakan biaya yang cukup mahal karena dalam SNI wajib ditetapkan bahwa tulisan SNI harus diemboss dan bukan dalam bentuk stiker pada helm. "Untuk mendapatkan tulisan embos SNI itu, dibutuhkan mesin khusus, yang diperkirakan harganya mencapai sebesar USD2 miliar hingga USD3 miliar,"kata dia.

Sementara itu, Kepala Badan Standarisasi Nasional (BSN) Bambang Setiadi menargetkan, 90% pengguna sepeda motor akan mengunakan helm ber-SNI Wajin sejak tanggal 1 April 2010.

"Saat ini, pengguna sepeda motor hampir semuanya belum menggunakan helm ber-SNI. Dengan pemberlakuan SNI Wajib helm, sekitar 50 juta pengendara sepeda motor akan menggunakan helm ber-SNI," ungkap Bambang.

Bambang mengatakan, saat ini pangsa pasar helm Indonesia mencapai  54 juta unit, sedangkan produksi helm dalam negeri baru mencapai 12 juta unit. "Nah, sisanya masih di impor dari luar negeri, yang kemungkinan tidak ber-SNI," tuturnya.

Mengingat tingginya pangsa pasar tersebut, menurut Bambang, perlu adanya pengwasan yang ketat dari semua pihak. Selain itu, karena sedikitnya laboratorium untuk pendukung SNI wajib, lanjut dia, pihaknya akan melakukan kerjasama dengan universitas swasta dan negeri.

"Semakin banyak tenaga ahli dari universitas dalam perumusan akan membuat jaminan standar yang kita susun itu baik,untuk laboratorium juga begitu, kita sudah tandatangan kerjasama dengan 19 universitas diantaranya ITB, UI, Undip UNS," papar dia.

Terkait biaya pembangunan laboratorium pengujian helm SNI, Bambang menuturkan, BSN siap membantu. "Kita minta proposal dariuniversitas, kita bantu misal laboratorium pengujian helm. Range standar laboratorium uji helm di Iran itu sekitar USD500 juta, kalau di Indonesia saya dengar sekitar USD1,5 miliar," jelas dia.

(Candra Setya Santoso)

Follow WhatsApp Channel Okezone untuk update berita terbaru setiap hari
Topik Artikel :
Berita Terkait
Telusuri berita finance lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement