JAKARTA - Perusahaan di sektor telekomunikasi, PT Skybee telah mendapat peryataan efektif dari Badan Pengawas Pasar Modal dan Lembaga Keuangan (Bapepam-LK). Perseroan menetapkan harga penawaran umum perdana (Initial public offering/IPO) sebesar Rp375.
”Pernyataan efektif dari otoritas telah kami kantongi,” kata Presiden Direktur PT Launtandhana Securindo Wientoro Prasetyo, selaku penjamin emisi saat dihubungi, di Jakarta, Rabu (30/6/2010).
Dalam masa pembentukan harga (bookbuilding), minat investor terhadap saham Skybee cukup tinggi. Bahkan, saham Skybee mengalami kelebihan permintaan (oversubscribed) saham IPO ditetapkan di level Rp375 dari kisaran yang diproyeksikan sebelumnya yakni Rp325-Rp425.
Perseroan bersama penjamin emisi berencana melakukan masa penawaran pada 1-2 Juli 2010, dan diharapkan saham IPO Skybee tercatat perdana (listing) di Bursa Efek Indonesia (BEI) pada 7 Juli 2010.
Di sisi lain, SkyBee baru saja memperoleh kesepakatan fasilitas kredit dari PT Bank Central Asia Tbk senilai Rp30 miliar dan PT Bank Danamon Indonesia Tbk senilai maksimal USD5 juta. ”Nota kesepahaman dengan Danamon telah dilakukan pada 24 Juni 2010 lalu,” kata Direktur Utama Skybee Hendra Kendro.
Skybee go public dengan melepas saham baru sebanyak 235 juta saham atau setara dengan 40,7 persen. Dana IPO, sekira 80 persen akan digunakan untuk memenuhi kebutuhan modal kerja perseroan, sekitar 15 persen untuk sarana infrastruktur termasuk pengembangan sistem Teknologi dan Informasi, dan sisanya lima persen untuk pengembangan sumber daya manusia.
Hendra mengatakan, IPO dilakukan mengingat potensi industri mobile phone (telepon seluler/ponsel) memiliki pertumbuhan menjanjikan. Hal ini ditunjang dengan infrastruktur perseroan yang kuat dan jaringan distribusi yang luas. Langkah IPO juga dilakukan karena perseroan merupakan pioneer dalam mengadopsi teknologi terbaru telepon seluler dan multimedia.
Komposisi kepemilikan saham Skybee sebelum IPO adalah 99,99 persen oleh PT Syailendra Capital dan 0,01 persen oleh Ian Rustandi. Skybee memiliki tiga lini bisnis utama yakni Telcolink (produk operator dan telepon seluler), mobile phone dan mobile dan computing serta interaktif (Aplikasi layanan, Konten & Media baru).
Usai IPO, Syailendra Capital selaku pengendali saham Skybee segera mengkonversi utang obligasi senilai Rp31,499 miliar yang diterbitkan pada 30 Desember 2009. Obligasi konversi ini dipegang oleh tiga pihak yakni Aspires Inc Rp6,999 miliar, Ora Pro Nobis International Corp Rp14 miliar dan Creative One Limited Rp10,5 miliar. Dengan demikian, Aspires akan memperoleh 69,997 juta saham, Ora Pro Nobis 140 juta saham dan Creative One 105 juta saham. Ketiganya menguasai 53 persen saham Skybee.
Pada 2010, perseroan menargetkan pendapatan mencapai Rp700 miliar atau naik dibanding dari 2009 sebesar Rp289 miliar, sementara laba bersih dipatok mencapai Rp17 miliar-Rp19 miliar dari 2009 sebesar Rp3,360 miliar. Peningkatan ini disebabkan bisnis penjualan telepon seluler (ponsel) merek Skybee.
Pada 2009, Skybee mencatat laba bersih Rp3,360 miliar atau naik dari 2008 sebesar Rp2,602 miliar. Sementara pendapatan tercatat Rp288,869 miliar dari tahun 2008 sebesar Rp255,348 miliar.
(Candra Setya Santoso)