JAKARTA - Kondisi perekonomian global yang belum menunjukkan perbaikan membuat melemahnya ekonomi negara-negara berkembang, termasuk Indonesia. Melemahnya kondisi ekonomi tersebut telah membawa tekanan pada ekspor Indonesia.
Presiden Susilo Bambang Yudhoyono (SBY) mengungkapkan, ekonomi global dalam dua tahun terakhir tidak terlalu bersahabat. Bahkan, International Monetery Fund (IMF) memperkirakan pertumbuhan global hanya mencapai 3,1 persen dan World Bank (WB) 2,2 persen.
Oleh karena itu, ekspor Indonesia pun mengalami penurunan dan impor terus mengingkat. Akibatnya, neraca dagang Indonesia terus memburuk dan neraca pembayaran mengalami pelemahan.
"Pendapatan kita masih melemah dan belanja belum maksimal. Akibatnya, kondisi ekonomi makro kita berpotensi memburuk," kata Presiden dalam pidato nota keuangan di Gedung DPR, Senayan, Jakarta, Jumat (16/8/2013).
Dia melanjutkan, di antara negara-negara G-20, Indonesia telah mencetak pertumbuhan ekonomi tertinggi kedua, setelah China. Selain itu, tingkat pengangguran terbuka juga mengalami penurunan dari 2004, dari 9,4 persen menjadi 5,92 persen.
"Tingkat kemiskinan dari 16,66 persen atau 37,2 juta orang pada 2004, menjadi 11,37 persen atau 28,7 juta orang. Tentu belum sempurna dan masih bisa ditingkatkan," tukas dia.
(Martin Bagya Kertiyasa)