JAKARTA - Melemahnya nilai tukar Rupiah terhadap dolar Amerika Serikat (AS) disebut akibat dari kurangnya persediaan dolar di Indonesia. Pasalnya, banyak eksportir yang meminjam utang luar negeri sehingga mengakibatkan keluarnya dolar cukup banyak.
Tim Ahli Wakil Presiden (Wapres) Sofjan Wanandi mengatakan, eksportir Indonesia banyak yang meminjam dari bank luar negeri karena murahnya bunga di negara tersebut. Sehingga, dolar AS hanya tersedia sekira 12 persen di Indonesia.
"Sebenarnya kira-kira kan dolar tinggal di sini 12 persen. Sisanya yah tadi keluar buat bayar-bayar utang di luar. Makanya kita ini mau kasih bantuan biar lebih banyak ditaruh di Indonesia. Jadi devisa kita itu lebih kuat. Itu yang lagi kita kerjakan," jelas Sofjan di Hotel JS Luwansa, Jakarta, Senin (21/9/2015).
Untuk itu, lanjut Sofjan, Bank Indonesia (BI) dan Otoritas Jasa Keuangan (OJK) sudah mengatur cara agar devisa Indonesia gampang masuk dan sulit keluar. Sementara itu, Pemerintah juga sedang mengatur agar dapat mengurangi impor dan menambah ekspor pada saat ini.
Dia menambahkan, impor minyak yang dilakukan Indonesia juga menjadi faktor pelemahan Rupiah. Oleh sebab itu, seharusnya Indonesia dapat mempunyai stok minyak dari Timur Tengah agar tidak pusing melakukan pembelian terus menerus menggunakan dolar AS.
"Suruh stok dari Timur Tengah jadi enggak pusing dolar dan mereka mau jual dengan kurs Rupiah juga. Kita enggak usah cari-cari dolar. Kita ini enggak bisa cetak dolar. Amerika cetak dolar biar mereka kuat, kalau kita enggak bisa cetak Rupiah karena Rupiah enggak laku di luar negeri," tandas dia.
Follow Berita Okezone di Google News
(rzy)