Mohammad Danisworo, Mengenal sang Urban Planner
JAKARTA - Nama Mohammad Danisworo memang asing untuk beberapa orang, namun di kalangan arsitek, dirinya terkenal sebagai urban planner. Lahir di Semarang, 2 April 1938, gelar arsitekturnya dipetik dari ITB pada 1965.
Setelah lulus, dirinya melanjutkan mengambil gelar master di University of California, Amerika Serikat, tahun 1966. Pulang ke Indonesia tahun 1970-an, dia menjadi pengajar di ITB sekaligus membangun kariernya bersama perusahaan Encona Engineering.
Dalam bukunya 'Mengenal Tokoh Arsitek Indonesia' karya Irfan Arifuddin yang dirangkum Okezone, Senin (8/2/2016), senior Encona Engineering ini memang sangat serius menggarap arsitektur urban. Karyanya yang cukup dikenal, di antaranya adalan stasiun gambir, Bandara Soekarno-Hatta, Bandara Ngurah Rai, dan Terminal Pelabuhan Udara Makasar.
Dia juga menggarap bekas lapangan udara Kemayoran, Jakarta Pusat yang dikatakannya sangat ideal. Kawasan disulap dengan skenario yang menguntungkan segala lapisan masyarakat, mulai dari pejalan kaki, pedagang kaki lima, dan pengendara.
Kemayoran akan dibuat beberapa blok berdasarkan jalan yang sudah ada. Di dalam blok itu dibangun gedung-gedung dengan trotoar selebar 10 meter yang akan emnjadi dambaan pejalan kaki.
Beberapa gedung atau lokasi strategis dibuat saling berjauhan, jadi memikat setiap orang untuk menjelajah dari satu lokasi ke lokasi lain. Konsep ini mengingatkan kita pada konsep tata ruang Jakarta yang dicetuskan Soekarno saat membangun Jakarta, seperti penempatan bundaran HI, Gelora Bung Karno, Monas, Masjid Istiqlal yang simetris. Penataan seperti itu dipindahkan pula ke kawasan Kemayoran
(Rizkie Fauzian)
