Advertisement
Advertisement
Advertisement
Advertisement

8 Sentimen Pasar yang Pengaruhi Ekonomi RI Hari Ini

8 Sentimen Pasar yang Pengaruhi Ekonomi RI Hari Ini
Ilustrasi: Shutterstock
A
A
A

JAKARTA - Pemerintah saat ini tengah menyiapkan beberapa kebijakan untuk meningkatkan pertumbuhan ekonomi Indonesia. Di antaranya adalah kebijakan tax amnesty, reformulasi kebijakan moneter Bank Indonesia (BI), hingga membuka beberapa sektor usaha untuk investor asing.

Tak hanya itu, pemerintah juga tengah membangun infrastruktur untuk menggenjot pertumbuhan ekonomi dan meningkatkan nilai investasi di Indonesia melalui skema kerja sama pemerintah dengan badan usaha (KPBU).

Beberapa kebijakan ini pun diyakini akan memberikan sentimen terhadap pasar di Indonesia. Berikut delapan sentimen domestik yang akan mempengaruhi perekonomian Indonesia hari ini seperti dikutip riset IDX Channel, Jakarta, Kamis (28/4/2016).

Hal ini terlihat dari mulai stabilnya nilai tukar Rupiah dan Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) sejak awal tahun 2016. Apabila melihat beberapa data perekonomian pada Rabu, 27 April, nilai tukar Rupiah ditutup menguat tipis 7 poin atau 0,02 persen ke Rp13.202 per dolar AS Rabu 27 April 2016. Penguatan Rupiah ini telah terjadi sejak awal tahun 2016.

Bahkan, BI mencatat volatilitas nilai tukar Rupiah dalam dua bulan terakhir hanya mencapai 5,6 persen. Tingkat fluktuasi Rupiah ini masih jauh lebih rendah apabila dibandingkan dengan rata-rata fluktuasi Rupiah antara 10 hingga 11 persen.

“Volatilitas di Maret-April sangat rendah sebenarnya, volatilitas kurs itu sekitar 5,6 persen. Dibanding sebelumnya rata-rata 10-11 persen," kata Direktur Eksekutif bidang Kebijakan Ekonomi dan Moneter BI Juda Agung, Selasa, 26 April.

Pada sektor saham, IHSG juga tercatat melaju stabil sejak awal tahun 2016. Bahkan, IHSG ditutup menguat pada perdagangan Rabu 27 April 2016 sebesar 0,66 persen atau 31,56 poin ke posisi 4.845,66. Sepanjang hari, IHSG ditransaksikan di sekitar 4.803,21-4.845.66.

Nilai bersih penarikan dana investor asing dari Bursa Efek Indonesia kemarin mencapai Rp365,89 miliar. Penguatan IHSG ini pun diperkirtakan akan terus terjadi seiring derasnya dana asing yang masuk ke Indonesia akibat proyek infrastruktur yang dibangun.

Adapun tiga saham yang memimpin penguatan adalah PT Delta Dunia Makmur Tbk (DOID) naik sebesar 31,53 persen, PT Mitrabahtera Segara Sejati TBK (MBSS) naik sebesar 25 persen, serta PT MNC Sky Vision Tbk (MSKY) menguat sebesar 24,48 persen.

Perusahaan yang memanfaatkan pasar modal untuk menambah belanja modal atau membiayai aksi bisnis lain pun semakin meningkat. Otoritas Jasa Keuangan mencatat sejumlah perusahaan sedang melakukan proses untuk penerbitan saham baru (right issue) dan penawaran umum berkelanjutan (PUB) obligasi. Total nilai transaksi mencapai Rp50 triliun.

Tak hanya itu, perusahaan sekuritas juga mulai melakukan penyesuaian terhadap perubahan fraksi saham di Bursa Efek Indonesia (BEI), setelah Otoritas Jasa Keuangan menyetujui hasil kajian soal fraksi harga saham (tick price) yang baru menjadi lima kelompok.

Pertama, harga saham di kisaran Rp50-Rp200 memiliki fraksi harga Rp1. Kelompok kedua, harga saham Rp200-Rp500 memiliki fraksi harga Rp2. Lalu, kelompok ketiga, harga saham Rp500-Rp2.000 memiliki fraksi harga Rp5. Kelompok keempat, harga saham Rp2.000-Rp5.000 memiliki fraksi harga Rp10. Dan kelompok kelima, harga saham Rp5.000 memiliki fraksi harga Rp25.

BEI pun saat ini tengah menggenjot nilai investasi untuk meningkatkan pemahaman dan kesadaran masyarakat berinvetasi di pasar saham, salah satunya adalah dengan mendukung keberadaan galeri investasi di berbagai perguruan tinggi Indonesia. Galeri investasi diharapkan dapat memberikan sarana edukasi, juga mampu mencetak tenaga-tenaga ahli atau sumber daya manusia (SDM) di dunia pasar modal. Dalam menjalankan kebijakan ini., BEI menggandeng MNC Securities.

Selain sektor saham, kebijakan pemerintah untuk menerapkan tax amnesty pun dianggap akan memberikan pengaruh pada pasar Indonesia. Meskipun pembahasan Rancangan Undang-Undang pengampunan pajak atau tax amnesty dikabarkan mundur di DPR, kebijakan ini tetap diyakini akan memberikan dampak bagi peningkatan arus dana masuk melalui repatriasi atau pengembalian aset.

Pasalnya, Presiden Joko Widodo telah mempersiapkan payung hukum untuk mempercepat negara mendapatkan 'dana segar' yang bersumber non APBN, yaitu melalui Peraturan Pemerintah (PP).

Direktur Utama BEI Tito Sulistio pun memastikan bahwa pasar saham Indonesia masih sanggup untuk menerima arus dana yang masuk akibat kebijakan tax amnesty. Tito mengatakan, transaction velocity of money atau nilai perputaran transaksi per tahun baru mencapai sekira 30 persen dari total kapitalisasi pasar emiten di Bursa Efek Indonesia. Saat ini, nilai kapitalisasi pasar sekitar Rp5.143,5 triliun. Namun, nilai transaksi per bulan hanya sekitar Rp150 triliun.

Artinya, velocity baru mencapai 30 persen sehingga masih ada ruang hingga Rp300 triliun per bulan yang masih kosong. Ini menunjukkan ruang bagi Bursa Efek Indonesia untuk menerima dana masih sangat besar. Bahkan BEI meyakini jika dana masuk senilai Rp1.000 triliun, pasar saham domestik tidak akan goyang, termasuk aliran dana masuk ke pasar saham jika pemerintah dan DPR merealisasikan pengampunan pajak atau tax amnesty.

Pada sektor riil, penurunan ekspor minyak sawit (CPO) dan minyak kernel sawit Indonesia selama Maret sebesar 24 persen menjadi 1,74 juta ton dari Februari juga dikhawatirkan dapat berdampak terhadap gejolak pasar dalam negeri.

Gabungan Pengusaha Kelapa Sawit Indonesia (GAPKI) menyebutkan ekspor CPO dan minyak kernel ke India sebesar 429.910 ton, ke negara-negara Uni Eropa sebesar 313.060 ton, dan ke Bangladesh 62.890 ton. Sementara itu, produksi CPO dan minyak kernel pada Maret anjlok menjadi 2,32 juta ton, dari 2,47 juta ton pada bulan sebelumnya. Cadangan CPO Indonesia turun menjadi 3,02 juta ton pada Maret dari 3,44 juta ton pada Februari.

Apabila hal ini dibiarkan, maka nilai ekspor di Indonesia dapat kembali anjlok. Sehingga, akan berpengaruh terhadap rantai pasokan lainnya akibat penurunan nilai konsumsi.

(Dani Jumadil Akhir)

Follow WhatsApp Channel Okezone untuk update berita terbaru setiap hari
Topik Artikel :
Berita Terkait
Telusuri berita finance lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement