YOGYAKARTA - Balai Besar Pengawasan Obat dan Makanan (BBPOM) DIY menyebutkan sekitar 42 persen makanan yang beredar di pasaran DIY mengandung bahan berbahaya. Ini tentu menuntut masyarakat agar lebih berhatihati lagi dalam mengonsumsi makanan.
Hal tersebut diketahui berdasarkan hasil uji sampel terhadap 52 produk makanan yang berasal dari lima pasar besar di DIY selama 23 Mei-2 Juni 2016.
Kepala BBPOM DIY I Gusti Ayu Adhi Aryapatni mengatakan, masyarakat harus memerhatikan dan mengecek kemasan, izin edar, dan tanggal kedaluwarsa terhadap produk yang dibelinya.
“Makanan yang kami uji hasilnya 42 persen mengandung bahan berbahaya,” ungkap I Gusti Ayu.
Terlebih untuk bulan Ramadan ini, dia meminta masyarakat agar waspada saat membeli panganan berbuka puasa. Warga jangan terkecoh makanan yang dijual dengan diskon atau harga lebih murah.
“Jangan mudah diiming-imingi harga murah tapi ternyata mengandung bahan berbahaya.”
Menurut I Gusti Ayu, beberapa makanan yang terbukti mengandung bahan berbahaya antara lain, mi basah, slondok, lanting, dan kue bolu. Hal itu berasal dari hasil uji di mobil laboratorium keliling milik BBPOM DIY. Dia menjelaskan, untuk mengindikasikan makanan mengandung bahan berbahaya atau tidak hanya dari warnanya yang mencolok.
Salah satunya adalah bolu kukus yang warnanya tidak mencolok, tapi ternyata mengandung Rhodamin. “Selain Rhodamin B, diketahui pula ada mi basah mengandung boraks,” kata I Gusti Ayu.
Dia mengatakan, mayoritas produk-produk tersebut berasal dari luar DIY, antara lain berasal dari Klaten, Muntilan, dan Purworejo, Jateng.
Para penjual pun sudah diminta memusnahkan jajanan yang mengandung bahan berbahaya tersebut. “Mereka berjanji tidak menjual lagi,” katanya.
Namun, BBPOM DIY menegaskan akan mengintensifkan pemantauan dan pengujian produk makanan saat Ramadan. Biasanya saat bulan puasa, banyak pedagang dadakan menjual jajanan berbuka puasa. BBPOM DIY berharap jumlah jajanan berbuka puasa yang mengandung bahan berbahaya semakin menurun pada tahun ini.
“Pada 2014 lalu ada 15 persen, tahun lalu (2015) turun 5 persen. Semoga tahun ini turun lagi,” kata I Gusti Ayu.
Sementara Asisten Bidang Perekonomian dan Pembagunan Sekertariat Daerah, DIY Gatot Saptadi meminta masyarakat waspada dengan jajanan berbuka puasa. Jajanan buka biasanya disediakan bagi pengguna jalan.
“Tidak ada salahnya di tengah jalan (berbuka dengan) membawa bekal dari rumah,” katanya.
Gatot mengatakan, sesuai imbauan BBPOM DIY, masyarakat juga diminta tidak tergiur harga murah. “Kalau asal murah tapi mengandung bahan berbahaya, malah mahal ongkos berobatnya. Intinya harus lebih berhati-hati,” ujarnya.
Sementara Aisyah, warga Kraton, Kota Yogyakarta, menilai sulit membeli panganan sehat.
Karena makanan tersebut ternyata dijual bebas di jalan-jalan atau di pasar tradisional. Terlebih para oknum pedagangnya tidak mendapat sanksi berat agar jera tidak melakukan tindakan yang sama. “Susah kalau tidak ada sanksinya,” katanya.
(Dani Jumadil Akhir)