CIAMIS - Tingginya harga daging ayam yang berlangsung hingga akhir Lebaran ditengarai akibat ulah bandar dan poultryshop (PS). Di Pasar Manis yang merupakan pasar tradisional terbesar di tatar galuh Ciamis, saat ini harga daging ayam masih bertahan Rp 43.000 per kilogram, atau turun Rp 2.000 menjelang Lebaran.
Tingginya harga daging ayam potong tersebut tidak pelak membuat pedagang daging ayam mengeluh. Alasannya ketika harga tinggi, keuntungan pedagang menjadi berkurang. Padahal saat ini, permintaan daging unggas tersebut masih tinggi.
Pantauan di Pasar manis Ciamis, Rabu 13 Juli 2016, pedagang daging ayam masih banyak menyediakan barang dagangan yang diletakkan di etalase. Selain menyediakan daging ayam potong, juga daging ayam kampung.
"Dengan harga sekarang ini, terus terang pedagang juga di pihak yang dirugikan, karena kentungan justru berkurang. Sejar dua hari lalu harga turun menjadi Rp 43.000, dari sebelumnya Rp 45.000 per kilogram. Harga di Kota Banjar dan Tasikmalaya lebih tinggi dibandingkan di Ciamis, " ungkap Edi, pedagang daging ayam di Pasar Manis, dikutip dari PR Online.
Dia mengaku heran dengan masih tingginya harga daging ayam. Alasannya, saat ini pasokan atau stok ayam di bandar dan PS masih banyak. Namun, beberapa pedagang daging ayam kesulitan mendapatkan barang. Pedagang berharap harga daging ayam dalam posisi stabil.
"Jadi bukan lagi permintaan atau penawaran, harga ayam dipermainkan oleh bandar dan PS. Pedagang yang bingung memasang harga. Masih beruntung setelah Lebaran saat ini permintaan masih banyak sehingga dapat menolong pedagang," ujarnya.
Edi mengatakan, sebelum Lebaran harga ayam di kandang mencapai Rp 20.000, akan tetapi setelah di pasar harganya menjadi Rp 38.000 per kilogram. Sedangkan ketika harga di kandang ayam Rp 17.000, harga daging ayam di pasar Rp 35.000 per kilogram.
"Kami beli ayam masih hidup, setelah dipotong dan dibersihkan akan kehilangan berat 0,7 kilogram. kami juga tidak mungkin menaikkan harga, sepanjang harga pembelian tidak naik," katanya.
Lebih lanjut dia menyatakan tingginya harga ayam, disebabkan karena dipicu mahalnya harga ransum atau pakan. Selama ini, lanjutnya sebagain bahan baku masih impor. Sehingga harganya tergantung pada nilai tukar rupiah.
"Kunci harga ayam juga sangat dipengaruhi oleh harga ransum. Sampai sekarang ini banyak bahan baku pakan yang masih impor. jagung saja juga banyak yang impor," ujar Edi.
Pedagang lainnya, Entin, juga mengaku heran dengan tetap tingginya harga daging ayam setelah Lebaran. menjelang Lebaran harga daging ayam potong mencapai Rp 45.000 per kilogram, daging ayam kampung Rp 75.000 dan daging ayam pejantan Rp 45.000 per kilogram. Dia juga mengaku stok ayam terbatas.
"Saya juga tidak tahu pasti mengapa harganya masih tetap tinggi. Beruntung sampai sekarang , permintaan masih agak banyak, sehingga membantu mengurangi beban pedagang. Dalam kondisi tertenu, kami memilih mengurangi untung, dibandingkan harus menaikkan harga," ujarnya.
(Amril Amarullah (Okezone))