NEW YORK - Pada Jumat waktu setempat, harga minyak mentah turun 2 persen ke posisi terendah dalam beberapa pekan terakhir. Hal itu disebabkan adanya pembengkakan volume ekspor Iran yang dikhawatirkan akan membanjiri pasokan global.
Selain itu, jatuhnya pasar ekuitas Amerika Serikat (AS) dan naiknya dolar AS juga membebani minyak mentah berjangka dan komoditas lainnya dalam mata uang greenback.
Melansir dari Reuters, Sabtu (17/9/2016), minyak mentah berjangka Brent turun USD82 sen atau 1,8 persen menjadi USD45,77 per barel. Sementara minyak mentah berjangka AS West Texas Intermediate (WTI) turun USD88 sen atau 2 persen menjadi USD43,03 per barel.
Sepanjang pekan ini Brent tercatat turun 5 persen, sedangkan WTI anjlok 6 persen.
"Minyak mentah berjangka yang mengambil penampilan semakin melemah. Ini berpotensi dapat mempercepat perkiraan penurunan ke level USD39 per barel," kata Konsultan Ritterbusch & Associates, Jim Ritterbusch.
Minyak merosot setelah sebuah sumber yang mengetahui bahwa jadwal tanker milik Iran siap melakukan ekspor minyak mentah lebih dari 2 juta barel per hari pada Agustus.
Iran dan OPEC gembong Arab Saudi telah meningkatkan ekspor. Meskipun pada 26-28 September akan diadakan pertemuan untuk membahas pembekuan produksi minyak. Sebagian besar pelaku pasar skeptis kesepakatan itu akan tercapai.
Ada juga tanda-tanda kembalinya ekspor minyak dari Nigeria dan Libya, di mana ekspor minyak mentah telah terhambat oleh konflik dan kerusuhan.
produksi minyak AS, sementara itu, telah berkembang lebih dari itu dari setiap produsen sejak 2010, data yang menunjukkan. Pembacaan mingguan pada hitungan rig minyak AS menunjukkan kenaikan untuk ke-11 dari 12 minggu terakhir. (dng)
(Rani Hardjanti)