JAKARTA – Pemerintah Indonesia dinilai perlu meningkatkan kerjasama pada sektor energi dengan Arab Saudi. Pasalnya, negara ini terkenal dengan pengalamannya pada pengelolaan minyak dan besarnya modal yang dimiliki.
Pengamat energi Marwan Batubara mengatakan, selama ini Indonesia belum memanfaatkan secara optimal kerjasama dengan pemerintah Arab Saudi. Khususnya adalah pada sektor energi dalam bidang perminyakan.
“Saya kira kita memang belum memanfaatkan secara optimal. Padahal mereka (Arab Saudi) selain punya uang juga punya minyak,” ujarnya kepada Okezone.
Raja Arab Saudi Salman bin Abdulaziz Al-Saud, berencana mengunjungi Indonesia pada Maret 2017. Kunjungan ini merupakan kunjungan balasan atas kedatangan Presiden Joko Widodo ke Kerajaan Arab Saudi pada September 2015 lalu. Hal ini pun perlu dimanfaatkan oleh Indonesia untuk menjalin kerjasama pada beberapa sektor. Di antaranya adalah pada pembangunan kilang.
Hanya saja, pemerintah memiliki pekerjaan rumah terlebih dahulu sebelum menjalin kerjasama dengan Arab Saudi. Salah satunya adalah memberantas mafia migas. Pasalnya, kerjasama potensial ini bisa saja dimanfaatkan oleh sekelompok mafia tersebut untuk meraup keuntungan dari pengembangan proyek migas yang nantinya dapat disetujui.
“Makanya pemerintah harus tegas, khususnya untuk para mafia. Karena kan mereka (mafia migas) yang menghambat pembangunan kilang, mereka yang menghambat impor itu untuk Goverment to Government,” imbuhnya.
Terdapat beberapa kerjasama strategis yang dinilai mampu untuk dihasilkan oleh Arab Saudi dan Indonesia. Di antaranya adalah pembangunan kilang hingga impor minyak murah. Kerjasama ini dinilai perlu dibahas oleh pemerintah Indonesia dalam kunjungan Raja Arab Saudi pada Maret mendatang.
(Fakhri Rezy)