JAKARTA – Studi Euromonitor International mengungkapkan industri perhiasan dalam negeri tumbuh 13% atau senilai Rp21 triliun pada 2016.
Tahun ini, industri perhiasan dalam negeri diprediksi kembali mengalami pertumbuhan karena kondisi ekonomi dan permintaan pasar yang membaik. Perwakilan Euromonitor Jasmine Seng mengatakan, kondisi ekonomi yang lesu pada tahun lalu tidak berdampak pada pertumbuhan industri perhiasan. Hal ini dikarenakan dorongan status sosial yang menyebabkan masyarakat berbelanja perhiasan.
“Perhiasan emas atau perak murni menduduki peringkat pertama yang mengalami pertumbuhan signifikan. Emas bahkan mendominasi jual-beli perhiasan dengan pangsa pasar sekitar 59% dari total nilai jual perhiasan tahun lalu,” ujarnya, di Jakarta. Di sisi lain, banyak yang membeli perhiasan dilatarbelakangi oleh motivasi untuk berinvestasi dan mengikuti tren fashion terkini.
Adapun produk yang paling banyak diminati adalah cincin dan kalung, untuk kebutuhan pernikahan maupun kebutuhan konvensional lainnya. Jasmine mengatakan, Asia Tenggara merupakan sasaran yang penting bagi produsen perhiasan, terutama Indonesia. Menurutnya, dengan pendapatan kelas menengah yang terus meningkat, hal itu memberikan potensi besar untuk pembelian barang-barang seperti perhiasan.
Menurutnya, Indonesia menyimpan potensi yang sangat besar dalam pasar perhiasan emas dari populasi penduduk yang cukup besar dan pertumbuhan ekonomi yang cukup besar. “Dalam 10 tahun belakangan, kelas menengah atas Indonesia meningkat dua kali lipat, sedangkan pasar emas meningkat tiga kali lipat. Jadi, ada korelasi dan ini menunjukkan potensi Indonesia sangat besar untuk pasar perhiasan emas,” ujarnya.
Kementerian Perindustrian (Kemenperin) mencatat industri perhiasan mampu memberikan kontribusi signifikan terhadap perekonomian nasional. Berdasarkan data 2015, jumlah unit industri perhiasan dan aksesori di dalam negeri mencapai 36.636 perusahaan dengan nilai produksi sebesar Rp10,45 triliun yang menyerap tenaga kerja sebanyak 43.348 orang dan menghasilkan devisa USD3,31 miliar.
Sementara itu, Pendiri dan Komisaris Utama PT Hartadinata Abadi Ferriyady Hartadinata mengatakan, pasar perhiasan emas dalam negeri akan meningkat dari tahun sebelumnya sejalan dengan kondisi ekonomi yang membaik dan tren fashion yang semakin beragam.
“Sejalan dengan bertumbuhnya pangsa pasar perhiasan emas di dalam negeri, kami mengalami pertumbuhan sebesar 20-25% setiap tahun. Market share kami kurang lebih sekitar 10% dari nilai value yang ada di Indonesia,” ujarnya. Ferriyady menuturkan, saat ini perusahaannya mengoperasikan empat pabrik dan telah menjalin kerja sama dengan lebih dari 600 toko emas di seluruh Indonesia.
Selain itu, Hartadinata juga memiliki beberapa toko ritelsendiri. “Kami mempekerjakan 500 pegawai dengan kapasitas produksi 600 kilogram (kg) per bulan. Tahun 2017 target kami tumbuh 20-23% dengan kapasitas tambahan mencapai 120- 150 kg per bulan,” tandasnya.
(Fakhri Rezy)