JAKARTA - Pelambatan ekonomi global membuat Coca-Cola harus melakukan Pemberhentian Hubungan Kerja (PHK) 1.200 pekerjanya, agar selamat dan kembali ke jalur semula.
Dalam laporan keuangannya, Coca-Cola mengatakan bahwa PHK, yang akan dimulai pada paruh kedua tahun ini, merupakan bagian dari rencana pemotongan cost yang lebih luas, yang bertujuan menghemat USD800 juta.
Melansir money.cnn, Rabu (26/4/2017), PHK tersebut relatif kecil dari jumlah keseluruhan karyawaan perusahaan di seluruh dunia. Pasalnya, Coke mempekerjakan lebih dari 100.000 orang di seluruh dunia.
CEO baru Coca-Cola James Quincey mengatakan, langkah tersebut dilakukan untuk membuat Coke lebih lincah dan ramping. Selain itu, perusahaan juga tengah berada dalam proses melakukan pembenahan ulang beberapa operasi pembotolannya di Amerika Utara untuk menghemat uang.
Saat ini, Quincey masih menjabat sebagai chief operating officer Coke, dan baru akan menjadi CEO pada 1 Mei. Dia sukses menggantikan CEO sebelumnya, Muhtar Kent, yang akan tetap berada di Coke sebagai chairman.
Coke telah berjuang selama beberapa tahun terakhir karena selera konsumen telah beralih dari minuman bergula. Bahkan merek diet Coke pun mengalami penurunan karena risiko kesehatan terkait dengan pemanis buatan.
Coke mengatakan bahwa keseluruhan penjualan turun 11% dari tahun lalu sementara keuntungan mereka turun 20%. Penurunan tersebut, adalah alasan besar mengapa Coke mendorong lebih banyak minuman sehat seperti air mineral, susu dan minuman berbasis kedelai.
Sayangnya, penjualan dan saham Coke juga telah tertinggal dari saingan utamanya Pepsi selama beberapa tahun terakhir. Pepsi juga memiliki bisnis makanan ringan Frito-Lay yang berkembang pesat serta Quaker Oats.
(Martin Bagya Kertiyasa)