Advertisement
Advertisement
Advertisement
Advertisement

Alhamdulillah.. Kondisi Pasar Meningkat Setelah Lebaran, Industri Mamin Diprediksi Membaik

Koran SINDO , Jurnalis-Senin, 07 Agustus 2017 |12:05 WIB
Alhamdulillah.. Kondisi Pasar Meningkat Setelah Lebaran, Industri Mamin Diprediksi Membaik
Ilustrasi: Okezone
A
A
A

JAKARTA – Badan Pusat Statistik (BPS) merilis pertumbuhan industri manufaktur besar dan sedang mencapai 4% pada kuartal II-2017, melambat dibanding dengan kuartal I-2017 yang tumbuh 4,46%. Meski demikian, pemerintah meyakini bahwa pertumbuhan industri akan tetap membaik pada akhir tahun ini.

“Industri kan tidak bisa dilihat kuartal per kuartal, namun harus dilihat sepanjang tahun. Kalau dilihat kuartal pertama meningkat, kuartal kedua menurun. Diharapkan akan ada peningkatan lagi pada kuartal ketiga dan keempat,” ujar Menteri Perindustrian Airlangga Hartarto di Jakarta, akhir pekan lalu.

Menurut Airlangga, industri manufaktur tidak hanya fokus pada produksi barang konsumsi untuk pasar dalam negeri, tetapi juga harus menangkap peluang pasar ekspor. “Kami berharap daya beli masyarakat meningkat. Volume industri saat ini terbantu dengan pasar ekspor,” tuturnya.

Baca juga: Industri Makanan dan Minuman Diprediksi Tumbuh 9% Tahun Ini

Merujuk data BPS, kinerja ekspor Indonesia pada Januari- Juni 2017 mencapai USD59,7 miliar atau naik 10% dibandingkan periode sama pada 2016, yakni sebesar USD54,3 miliar. Sementara berdasarkan data dari Purchasing Manager Index (PMI), rata-rata PMI pada kuartal I/2017 adalah 50,06, sedangkan pada kuartal II/2017 sebesar 50,4. Indeks di atas 50 menunjukkan rentang ekspansi. Artinya, kinerja manufaktur secara rata-rata lebih baik.

“Bila dibandingkan dengan negara-negara ASEAN lain, Indonesia termasuk lebih baik dari Malaysia dan Singapura yang indeks PMI-nya berada di bawah Indonesia. Jadi, Indonesia tidak sendiri menghadapi situasi seperti ini,” kata Airlangga.

Dia mengatakan, faktor penting yang dapat memacu pertumbuhan industri, antara lain kelancaran dari perizinan investasi, pasokan bahan baku, alur logistik, dan ketersediaan pasar. “Salah satunya memang faktor ketersediaan pasar sehingga perlu kombinasi tujuan pasar untuk dalam negeri dan ekspor. Jika pasar optimal, produksi bisa maksimal,” katanya.

Baca juga: Industri Makanan dan Minuman Tuai Pujian, Ini Buktinya

Sementara merujuk data BPS, industri makanan berhasil mencatatkan kinerja produksi di atas ekspektasi pada kuartal II/2017 yakni sebesar 7,04% (YoY) untuk kelompok industri skala besar dan sedang (IBS). Sedangkan untuk kelompok industri skala mikro kecil (IMK) pun tidak luput dari tren positif dengan mencapai pertumbuhan produksi sebesar 5,82%. Airlangga menambahkan, industri makanan dan minuman (mamin) nasional perlu lebih memperluas pangsa ekspor, baik pasar tradisional maupun pasar baru dalam upaya mendongkrak kinerja.

Selain itu, melakukan terobosan inovasi produk yang dihasilkan sehingga dapat diminati konsumen dalam negeri dan mancanegara. Berdasarkan data unit usaha yang dikeluarkan BPS, industri makanan memberikan kontribusi tidak kalah signifikan, yaitu sebesar 25% atau seperempat dari jumlah unit usaha industri skala besar dan sedang industri manufaktur secara keseluruhan. Bahkan, untuk skala industri mikro dan kecil, industri makanan sangat mendominasi dengan jumlah unit usaha mencapai lebih dari 1,5 juta dari total unit usaha IMK industri manufaktur secara keseluruhan.

Baca juga: Industri Makanan dan Minuman Tuai Pujian, Ini Buktinya

Ketua Umum Gabungan Pengusaha Makanan dan Minuman Indonesia (Gapmmi) Adhi S Lukman optimistis dengan target pertumbuhan industri makanan dan minuman yang dipatok Kementerian Perindustrian bisa tercapai hingga akhir 2017. “Kami berharap kondisi pasar setelah Lebaran akan kembali meningkat. Karena hal tersebut menjadi sinyal tercapainya target pertumbuhan industri makanan dan minuman tahun ini,” ujarnya.

Adhi mengungkapkan, selain penurunan daya beli masyarakat, hal yang juga memengaruhi pertumbuhan industri adalah faktor psikologis kondisi terkini. “Ini faktor psikologis karena banyak orang menunggu peraturan, seperti pajak progresif tanah, pengetatan pengawasan perpajakan setelah tax amnesty,” katanya.

Baca juga: Terungkap! Ekspor Industri Makanan Olahan Berjaya, Minuman Terseok-seok

Menurut Adhi, banyak pelaku usaha yang menahan diri melakukan investasi dan ekspansi termasuk industri makanan dan minuman. Kendati begitu, Adhi yakin kenaikan upah minimum provinsi (UMP) akan mendorong daya beli masyarakat. Sementara itu, peneliti Institute for Development of Economics and Finance (Indef) Ahmad Heri Firdaus mengatakan, pemerintah mutlak segera melakukan penguatan koordinasi lintas kementerian guna mewujudkan reindustrialisasi atau mempercepat proses hilirisasi di sektor industri.

“Faktor yang bisa mendorong naiknya pertumbuhan manufaktur, tidak hanya menjadi domain Kementerian Perindustrian. Tetapi kebijakannya harus banyak didukung oleh kementerian terkait lain,” ujarnya.

Heri mengatakan, langkah sinergi diperlukan untuk memacu kinerja industri dalam negeri supaya tumbuh tinggi kembali sehingga mampu memberikan kontribusi besar bagi perekonomian nasional.

(Rizkie Fauzian)

Follow WhatsApp Channel Okezone untuk update berita terbaru setiap hari
Berita Terkait
Telusuri berita finance lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement