Advertisement
Advertisement
Advertisement
Advertisement

Strategi Mentan Hadapi Kemarau, Ubah Pola Tanam!

Dedy Afrianto , Jurnalis-Senin, 04 September 2017 |21:43 WIB
Strategi Mentan Hadapi Kemarau, Ubah Pola Tanam!
Ilustrasi: (Foto: Okezone)
A
A
A

JAKARTA - Indonesia kini telah mulai memasuki musim kemarau. Sejumlah daerah di Jawa Barat pun telah mulai mengalami dampak kekeringan.

Hanya saja, menurut Menteri Pertanian Amran Sulaiman, sejumlah daerah saat ini telah mulai memasuki hujan. Hal ini pun turut membantu pemerintah dalam mengatasi dampak musim kemarau terhadap sektor pertanian.

"Sudah masuk hujan. Sumatera Utara sudah hujan, Maluku kebanjiran," kata Menteri Pertanian Amran Sulaiman di Kompleks Istana Kepresidenan, Jakarta, Senin (4/9/2017).

Kendati demikian, pemerintah telah memiliki strategi khusus untuk menghadapi musim kemarau pada tahun ini. Penanaman telah dilakukan lebih awal oleh pemerintah sehingga musim kemarau tak berdampak besar bagi produksi pertanian.

"Agustus kemarin kritis tapi tanaman kita mencapai 1,26 juta hektare, yang biasanya hanya separuh, 600.000 hektar untuk menghilangkan paceklik, bulan Juni, Juli, Agustus, menyilangkan ini yang biasanya ditanam 500.000 hektar, kalau tanam segitu berarti kali enam sama dengan 3 juta hektar," ungkapnya.

Perubahan pola tanam ini berdampak pada meningkatkan produksi tanaman padi di Indonesia. Defisit kebutuhan pangan pun dapat dihindari.

"Jadi beras berarti 1,5 juta (ton). Kebutuhan makan 2,6 juta. Defisit 1,1 juta. Sehingga kami ubah pola tanam yang puluhan tahun itu. Tahun 2016 enggak ada gejolak harga beras sampai 2017.

Nah, karena kita mengubah sistem. Musim paceklik ini, kalau tanam berarti panennya di Oktober, atau kalau September panennya di Desember," ujarnya.

Diharapkan, panen tetap dapat berlangsung pada berbagai daerah tanpa adanya hambatan. Hasil panen ini juga diharapkan dapat berdampak pada peningkatan kuantitas cadangan beras pemerintah.

"Ini panennya satu juta semua rata-rata 1 juta (ton) Insya Allah. Artinya 1 juta kali 6 itu, dibagi 2 sama dengan 3 juta. Berarti surplus 400 ribu ton. Harga nggak pernah bergejolak. Kita kasih HET (Harga Eceran Tertinggi), melakukan perlindungan petani, kemudian menata tata rantai pasoknya kemudian menata sektor produksi," ujarnya.

(Fakhri Rezy)

Follow WhatsApp Channel Okezone untuk update berita terbaru setiap hari
Topik Artikel :
Berita Terkait
Telusuri berita finance lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement