KULON PROGO – Warga terdampak pembangunan bandara New Yogyakarta International Airport (NYIA) di wilayah Kecamatan temon, Kulonprogo DIY, harus segera mengosongkan rumah dan lahannya. PT Angkasa Pura I memberikan deadline, maksimal 22 September harus sudah pindah. Warga berharap pengosongan ditunda satu bulan selepas bulan Hijriyah atau Suro yang bagi masyarakat Jawa dianggap kurang bagus untuk mengawali kehidupan baru.
“Kita minta dikosongkan paling lambat Jumat depan 22 September,” jelas Sujiastono, Project Manager Pembangunan NYIA PT Angkasa Pura I Selasa (12/9).
Baca Juga: Wah, Proyek Bandara Kulon Progo Bakal Tambah Pendapatan Pemda
Angkasa Pura I telah melayangkan surat kepada warga tertanggal 31 Agustus lalu. Surat itu disampaikan kepada kepala desa di lima desa yakni, Desa Glagah, Palihan, Sindutan, Jangkaran dan Kebonrejo. PT Angkasa Pura sudah tidak mungkin lagi memberikan perpanjangan. Mereka sudah memberikan toleransi hingga satu tahun. Pasca pembayaran kompensasi lahan dan aset, pada September 2016 silam, idealnya warga harus sudah pindah dan mengosongkan. Namun dengan banyak pertimbangan dan menunggu relokasi dibangun, akhirnya ditunda.
“Harapan kita sebelum 21 sudah pindah, agar pembangunan bias lebih cepat,” terangnya.
Bupati Kulonprogo Hasto berharap, PT Angkasa Pura tidak frontal dalam meminta warga untuk mengosongkan lahan. Namun bisa dimulai dari lahan yang kosong dan hunian yang sudah tidak ditempati. Sembari jalan, warga akan menyelesaikan pembangunan agar bias segera ikut pindah.
“Pengosongan bisa lanjut terus tapi tidak semua harus langsung digusur. Kalau masih ada yang menunggu rumahnya ya diberi waktu. Kan banyak spot lahan yang bisa dikerjakan duluan,” pinta Hasto.
Baca Juga: Waduh, Warga Masih Menolak Tanahnya Digusur untuk Pembangunan Bandara Baru Yogyakarta
Warga terdampak Pembangunan Bandara New Yogyakarta International Airport (NYIA), berharap pengosongan lahan dan hunian ditunda satu bulan. Mereka tidak ingin pemindahan rumah dilakukan pada bulan Hijriyah atau Suro. Bulan ini bagi masyarakat Jawa dianggap kurang bagus untuk mengawali kehidupan baru.
Kepala Dusun Bapangan Desa Glagah Suparjo mengakui, sudah menerima surat terkait permohonan untuk pengosongan lahan. Surat itu diterima dari kepala desa Pada Jumat (08/09) lalu. Sesuai isi surat, warga melihat deadline waktu cukup mepet. Sedangkan rumah yang akan ditempati warga belum sepenuhnya siap.
Warga ingin pemindahan mereka ditunda satu bulan. Selain PT AP masih menyelesaikan studi amndal, proses pembangunan rumah belum semuanya kelar. Selain itu, pada akhir bulan September akan memasuki bulan Hijriah atau bagi masyarakat Jawa dikenal dengan bulan Suro.
“Kalau Suro buat pindah itu kurang baik, paling enggak Oktober,” pinta Suparjo.
Baca Juga: Wih! Beroperasi 2019, Bandara Kulonprogo Bakal Jadi Kekuatan Pariwisata Yogyakarta
Warga ingin nantinya dalam pelepasan dan menempati hunian baru, diantar oleh bupati. Warga berencana membuat arak-arakan kepindahan dari warga di dua pedukuhan di Glagah di Kepek dan Bapangan. Warga juga akan menggelar doa dan tahlil kepindahan dan penempatan hunian baru.
“Kita pasti mau pindah, tetapi jangan mepet seperti ini,” tuturnya.
Bupati Kulonprogo Hasto Wardoyo, berharap PT Angkasa Pura tidak frontal dalam meminta warga untuk mengosongkan lahan. Namun bias dimulai dari lahan yang kosong dan hunian yang sudah tidak ditempati. Sembari jalan, warga akan menyelesaikan pembangunan agar bias segera ikut pindah.
“Pengosongan bisa lanjut terus tapi tidak semua harus langsung digusur. Kalau masih ada yang menunggu rumahnya ya diberi waktu. Kan banyak spot lahan yang bisa dikerjakan duluan,” pinta Hasto.
(Kurniasih Miftakhul Jannah)