JAKARTA – Penurunan suku bunga acuan BI 7-Day Reverse Repo Rate ke level 4,25% dari sebelumnya 4,50% diperkirakan dapat diikuti oleh penurunan suku bunga kredit perbankan meski tidak dalam waktu dekat. Kendati demikian, penurunan suku bunga pinjaman harus diikuti dengan kondisi likuiditas perbankan yang normal.
“Saya perkirakan suku bunga kredit akan turun pada awal tahun depan,” ujar Direktur PT Bank Mayapada Internasional Tbk Hariyono Tjahjarijadi. Pada Rapat Dewan Gubernur (RDG), Jumat(22/9), Bank Indonesia (BI) memutuskan suku bunga acuan BI 7-Day Reverse Repo Rate diturunkan sebesar25 bps dari 4,50% menjadi4,25%.
Baca Juga: Aturan Baru BI soal Pencucian Uang, Pemegang Saham Money Changer Bisa Kena Sanksi
BI juga menurunkan suku bunga Deposit Facility turun 25 bps menjadi 3,50% dan Lending Facility turun 25 bps menjadi 5,00% yang akan berlaku efektif mulai 25 September 2017. Penurunan suku bunga acuan ini masih konsisten dengan realisasi dan perkiraan inflasi 2017 yang rendah serta perkiraan inflasi 2018 dan 2019 yang akan berada di bawah titik tengah kisaran sasaran. Deputi Direktur Departemen Komunikasi BI Edhie Haryanto mengatakan, risiko eksternal terutama yang terkait rencana kebijakan Fed Funds Rate (FFR) dan normalisasi neraca bank sentral AS juga telah diperhitungkan oleh otoritas moneter.
Baca Juga: Antisipasi Perkembangan Teknologi, BI Sempurnakan Aturan Anti-Pencucian Uang dan Pendanaan Terorisme
“Penurunan suku bunga ini diharapkan dapat mendukung perbaikan intermediasi perbankan dan pemulihan ekonomi domestik yang sedang berlangsung,” kata Edhie di Jakarta, Jumat (22/9). Sementara itu, prospek perekonomian global diperkirakan semakin membaik terutama di negara maju. Pertumbuhan ekonomi AS diperkirakan lebih tinggi sejalan dengan perbaikan permintaan domestik. “Demikian pula, pertumbuhan ekonomi di Eropa membaik seiring dengan peningkatan aktivitas konsumsi dan penurunan ketidakpastian sektor keuangan,” ungkap dia.
Adapun perekonomian Indonesia pada kuartal III 2017 diperkirakan mulai membaik pada beberapa sektor terutama konsumsi rumah tangga dan menguatnya penjualan barang-barang tahan lama. Direktur Departemen Kebijakan dan Pengawasan Sistem Pembayaran BI Pungky P Wibowo menambahkan, dari sisi nilai tukar, rupiah juga bergerak stabil dan cenderung terapresiasi. Se lama Agustus 2017 secara rata-rata rupiah menguat sebesar 0,02% menjadi Rp13.343 per dolar AS.
Baca Juga: Ingat! E-Wallet harus Tunduk Aturan Baru Bank Sentral
Di sisi lain, inflasi diperkirakan akan tetap rendah dan berada dalam kisaran sasaran inflasi didukung oleh terjaganya ekspektasi inflasi, relatif stabilnya nilai tukar rupiah, dan tren penurunan inflasi global. Ke depan BI akan terus memperkuat koordinasi kebijakan bersama pemerintah pusat dan daerah dalam rangka pengendalian inflasi agar tetap berada dalam kisaran yang ditetapkan yaitu sebesar 4,0 plus minus 1% pada 2017 serta 3,5 plus minus 1% pada 2018 dan 2019. “BI memandang bahwa tingkat suku bunga acuan saat ini cukup memadai sesuai dengan perkiraan inflasi dan makro ekonomi ke depan,” ujar Pungky.
Sementara itu, ekonom Institute For Development of Economics and Finance (Indef) Eko Listiyanto mengatakan, pendorong utama BI dalam menurunkan suku bunga acuan karena perekonomian membutuh kan stimulus untuk tumbuh sesuai target 2017. Menurut dia, dengan kondisi cadangan devisa yang dalam tren meningkat, rupiah yang cukup stabil, dan inflasi umum relatif terkendali, momentum untuk menurunkan BI 7-Day Reserve Repo Rate menjadi terbuka.
(Kurniasih Miftakhul Jannah)