Advertisement
Advertisement
Advertisement
Advertisement

Soal Tren Belanja Online, Bos Tokopedia: Kontribusi E-Commerce Baru 1%

Ulfa Arieza , Jurnalis-Senin, 16 Oktober 2017 |14:15 WIB
Soal Tren Belanja <i>Online</i>, Bos Tokopedia: Kontribusi <i>E-Commerce</i> Baru 1%
Foto: Ulfa/Okezone
A
A
A

JAKARTA - Tingkat transaksi belanja online,  yang akhir - akhir disebut sebagai kecenderungan baru di masyarakat, ternyata masih kecil, tak sebesar yang digembor-gemborkan. Apalagi, jika dikambinghitamkan sebagai dalang di balik lemahnya daya beli masyarakat, lantaran melarikan uang belanja tunainya kepada toko-toko online

Co Founder sekaligus CEO Tokopedia William Tanuwijaya, mengatakan sekilas perkembangan e-commerce memang sangat pesat. Namun ternyata persentase sumbangan pasar e-commerce ke sektor ritel baru 1%. 

Baca Juga: Semua Serba Online, Transaksi E-Commerce RI Diprediksi Tembus USD130 Miliar di 2020

"Berdasarkan perkembangan data PWC, research mereka tahun kemarin Indonesia sebenarnya kontribusi transaksi e-commerce terhadap total retail di RI baru 1%," ujarnya di Kantor Pusat JNE, Jakarta, Senin (16/10/2107).

"Artinya di Indonesia 1 dari 100 transaksi sudah dilakukan secara online," imbuh dia. 

William melanjutkan, perkembangan e-commerce di Indonesia, masih sangat tertinggal. Sehingga pertumbuhan e-commerce masih bisa digenjot terutama dengan kenajuan teknologi yang sangat pesat. 

Baca Juga: Transaksi Online Ditargetkan USD130 Miliar, Pengusaha E-Commerce "Kerutkan Dahi"

"Di Amerika dan China angkanya sudah capai 14%. 1 dari 7 transaksi sudah dilakukan secara online," imbuh dia. 

Namun William meyakini, Indonesia memiliki kemampuan untuk mengejar ketertinggalan tersebut. Namun, kendala yang masih membelit sektor e-commerce adalah keterbatasan sumber daya manusia (SDM). Padahal, lanjut dia, persaingan e-commerce tidak hanya dengan e-commerce lokal tapi juga gempuran e-commerce internasional. Perusahaan raksasa e-commerce internasional, bisa saja masuk ke Indonesia dengan talenta yang sangat luar biasa. 

"Hanya masalah waktu Indonesia bisa mencapai itu. Misalnya di negara Tiongkok, dari 1% ke 10% hanya butuh waktu 5 tahun," tukas dia. 

(Kurniasih Miftakhul Jannah)

Follow WhatsApp Channel Okezone untuk update berita terbaru setiap hari
Berita Terkait
Telusuri berita finance lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement