Advertisement
Advertisement
Advertisement
Advertisement

Peredaran Ayam Ras dan Telur Dibatasi, Incar Saham Japfa di Level Rp1.650

Yohana Artha Uly , Jurnalis-Rabu, 29 November 2017 |17:51 WIB
Peredaran Ayam Ras dan Telur Dibatasi, Incar Saham Japfa di Level Rp1.650
Ilustrasi. (Foto: Shutterstock)
A
A
A

JAKARTA - Pemerintah kembali mengumumkan Peraturan Menteri Pertanian tentang penyediaan, peredaran dan pengawasan ayam ras dan telur konsumsi pada awal November. Melalui aturan baru ini pemerintah ingin memastikan ketersediaan ayam dan telur dalam level aman dengan harga yang semakin murah di pasaran.

Analis PT Bahana Sekuritas, Michael Setjoadi, menilai aturan baru tersebut menunjukkan keseriusan pemerintah menjaga inflasi rendah, tanpa mengganggu peternak ayam dan perusahaan besar yang bergerak di industri ini. Lantas bagaimana kinerja perusahaan besar yang bergerak di industri ayam dan telur seperti PT Japfa Comfeed Indonesia (JAPFA)?

''Japfa sebenarnya sudah mengikuti aturan baru tersebut, jadi ke depan kinerjanya akan lebih stabil,'' papar Michael dalam risetnya di Jakarta, Rabu (29/11/2017).

Selain itu, dia melihat melalui aturan baru ini dampak dari volatilitas harga Ayam dan telur tidak akan sangat signifikan mempengaruhi kinerja perseroan. Pasalnya, yang terjadi di lapangan selama ini, saat harga ayam jatuh di pasaran, para peternak akan menjual semua ayamnya kepada perseroan, karena sudah ada kesepakatan harga beli kembali.

Dengan demikian, sejak awal peternak sudah bisa menjual ayamnya dengan harga yang lebih baik dari harga yang ada di pasar saat itu. Namun, saat harga ayam di pasar naik biasanya peternak akan mengklaim bahwa hasil ternak mereka tidak maksimal.

"Sehingga yang dijual kepada perseroan mungkin hanya sebagian, sisanya langsung di jual ke pasar karena harganya lebih mahal di pasar. Nah, dengan aturan baru ini karena sudah ada batasan minimal 50% stok DOC harus dijual kepada peternak independen, maka kinerja perseroan lebih bisa diprediksi saat fluktuasi harga ayam terjadi," jelasnya.

Oleh karena itu, Micahel memproyeksikan pendapatan Japfa pada akhir tahun naik sekitar 9% secara tahunan menjadi Rp29,54 triliun, namun laba bersih diperkirakan turun sekitar 44% menjadi Rp1,15 triliun dari akhir 2016 sebesar Rp2,06 triliun, karena harga pakan ternak yang masih mahal.

Meski demikian, tahun depan diperkirakan pendapatan perseroan akan mengalami kenaikan sekira 7% menjadi Rp31,59 triliun. Sementara untuk proyeksi laba bersih diperkirakan melonjak sekitar 36% menjadi Rp1,57 triliun

"Rekomendasikan perusahaan ini lebih positif karena fundamentalnya lebih baik dengan kemampuan bayar utang yang stabil karena tingkat bunga yang lebih rendah dan valuasi harga juga murah, direkomendasikan beli dengan target harga Rp1.650 per lembar saham," jelasnya.

(Martin Bagya Kertiyasa)

Follow WhatsApp Channel Okezone untuk update berita terbaru setiap hari
Berita Terkait
Telusuri berita finance lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement