JAKARTA - Bursa Efek Indonesia (BEI) menargetkan ada 35 perusahaan yang melakukan pencatatan saham perdana atau Initial Public Offering (IPO) pada tahun 2018 ini. Jumlah tersebut masih sama dengan target tahun lalu.
Direktur Utama BEI Tito Sulistio mengatakan pihaknya optimis bisa mencapai target 35 perusahaan IPO pada tahun ini. Karena menurutnya, semakin banyak perusahaan yang berminat melakukan IPO pada tahun ini.
Pada tahun ini saja lanjut Tito, ada sekitar 100 perusahaan yang sudah menyatakan ketertarikannya. Adapun jumlah tersebut merupakan perusahaah swasta dan juga Badan Usaha Milik Negara (BUMN).
"Tidak ada hari tanpa ketemu emiten. Pokoknya kalau enggak salah puluhan hampir 100. Itu banyak sekali kok, semua dateng. Tidak ada hari tanpa ketemu emiten," ujarnya saat ditemui di Gedung Bursa Efek Indonesia, Jakarta, Kamis (1/2/2018).
Baca Juga: Dirut BEI: Berani Jadi Investor Tapi Tidak IPO, Malu Sama Tetangga
Khusus untuk anak usaha BUMN lanjut Tito, saat ini terus melakukan komunikasi secara intens dengan perusahaan sekuritas penjamin. Jika sudah rampung, maka anak usaha BUMN tersebut bisa segera masuk ke bursa saham Indonesia.
"Ada 9 anak BUMN. Terus kita bicara, tapi mereka masih ngobrol sama underwriter dulu. Anak BUMN itu cara kerjanya gitu, begitu sudah siap mereka lari. Menurut saya bagus," jelasnya.
Sebagai informasi, sepanjang tahun 2017, tercatat ada 37 perusahaan baru yang melantai di pasar modal. Jumlah tersebut melebihi target Bursa Efek Indonesia (BEI) yakni 35 perusahaan. Total IPO tahun ini juga meningkat dua kali lipat dibandingkan dengan IPO tahun 2016 sejumlah 16 emiten.
Meskipun total perusahaan yang melakukan IPO meningkat, akan tetapi raihan dana IPO justru menurun. Adapun total dana yang dihimpun dari 37 IPO emiten sebesar Rp9,55 triliun. Sedangkan tahun 2016, dari 16 perusahaan baru yang tercatat, meraih dana segar sebesar Rp12,1 triliun.
Baca Juga: 8 Perusahaan Siap IPO dalam Waktu Dekat, Bergerak di Sektor Apa Saja?
Tidak hanya perusahaan swasta, empat di antara 37 emiten yang IPO merupakan anak usaha Badan Usaha Milik Negara (BUMN), yakni PT Garuda Maintenance Facility AeroAsia Tbk (emiten ke 25 di 2017), PT PP Presisi Tbk (emiten ke 29 di 2017), PT Wijaya Karya Gedung Tbk (emiten ke 30 di 2017), dan PT Jasa Armada Tbk (emiten ke 36 di 2017). Sayangnya, kinerja saham anak perusahaan BUMN tidak cemerlang, karena tiga diantaranya mengalami penurunan kinerja saham sejak IPO, hanya saham Jasa Armada yang terpantau naik.
Dari total 37 emiten tersebut, sebanyak 27 emiten berhasil mendongkrak kinerja saham dari awal IPO hingga penutupan perdagangan akhir tahun. Namun, 9 emiten justru melemah dan satu emiten bergerak stagnan. Menariknya, 8 dari 10 saham dengan kenaikan tertinggi merupakan saham dari emiten yang baru tercatat.
(ulf)
(Rani Hardjanti)