NEW YORK - Harga minyak dunia sedikit bervariasi pada akhir perdagangan Rabu (Kamis pagi WIB), menjelang data yang diperkirakan menunjukkan kenaikan persediaan minyak mentah di Amerika Serikat dan ketika dolar AS menguat dari posisi terendah tiga tahun pekan lalu.
Patokan global, harga minyak mentah Brent untuk penyerahan April, naik 17 sen atau 0,3% menjadi ditutup pada USD65,42 per barel di London ICE Futures Exchange, setelah diperdagangkan antara USD64,40 hingga USD65,53.
Patokan AS, minyak mentah West Texas Intermediate (WTI) untuk pengiriman April turun 11 sen atau 0,2% menjadi berakhir pada USD61,68 per barel di New York Mercantile Exchange, setelah diperdagangkan antara USD60,92 hingga USD61,86 per barel.
Persediaan minyak mentah AS diperkirakan akan meningkat untuk minggu keempat berturut-turut, bertambah 1,8 juta barel pekan lalu, sebuah jajak pendapat Reuters menunjukkan.
Data persediaan AS dari American Petroleum Institute akan dirilis pada pukul 16.30 waktu setempat (21.30 GMT) dan data pemerintah akan dirilis pada Kamis pukul 11.00 waktu setempat. Kedua laporan tersebut tertunda satu hari karena libur di AS pada Senin 19 Februari 2018.
Produksi minyak serpih AS akan mendorong kenaikan moderat pada persediaan minyak, kata Stewart Glickman, seorang analis energi di CFRA Research di New York.
"Minyak serpih yang terus naik menjadi alasan tersebut," katanya.
Harga minyak yang lebih tinggi dan kenaikan produksi akan memicu peningkatan investasi pada pengeboran dan produksi, yang pada gilirannya meningkatkan produksi minyak serpih lebih banyak, katanya.
Produksi minyak mentah AS melampaui 10 juta barel per hari (bpd) pada November lalu untuk pertama kalinya sejak 1970.
Peningkatan produksi serpih AS telah menghambat usaha-usaha Organisasi Negara-negara Pengekspor Minyak (OPEC) dan produsen-produsen lainnya, yang dipimpin oleh Rusia, untuk mengurangi persediaan global yang membengkak dan menopang harga minyak dengan memotong produksi.
Sementara itu, indeks dolar AS mencapai level tertinggi satu minggu setelah rilis risalah dari pertemuan kebijakan Federal Reserve AS.
Dolar yang lebih kuat membuat minyak dan komoditas lainnya berdenominasi dolar AS, lebih mahal bagi pemegang mata uang lainnya.