Advertisement
Advertisement
Advertisement
Advertisement

Ekspor Indonesia Kalah dari Vietnam, Akibat Kurang Free Trade Agreement?

Giri Hartomo , Jurnalis-Senin, 05 Maret 2018 |14:23 WIB
Ekspor Indonesia Kalah dari Vietnam, Akibat Kurang <i>Free Trade Agreement</i>?
Ilustrasi (Foto: Ant)
A
A
A

JAKARTA - Kamar Dagang dan Industri (Kadin) Indonesia mengadakan dialog bersama Duta Besar Republik Indonesia untuk Swiss dab Liechestenstein, Muliaman Hadad dan Duta Besar Indonesia untuk Sudan Eritrea Rossalis Rusman Adenan. Dialog tersebut diadakan dalam rangka mendongkrak ekspor Indonesia kepada dua negara tersebut.

Dalam sambutannya, Wakil Ketua Umum Kadin Bidang Perdagangan Benny Soetrisno mengatakan, dengan diadakannya dialog pada hari ini adalah untuk menjawab kritik Presiden Joko Widodo terkait ekspor. Pasalnya dalam kesempatan beberapa waktu lalu, Presiden Jokowi geram karena ekspor Indonesia kalah dibandingkan negara-negara tetangga lainnya di Asia Tenggara (ASEAN).

"Tentu banyak hal yang bisa kita bicarakan dan menjawab kegelisahan Presiden Jokowi ekspor kita kenapa lebih kecil dibandingkan negara-negara ASEAN lainnya," ujarnya di Menara Kadin, Jakarta, Senin (5/3/2018).

Sementara itu, Duta Besar Indonesia untuk Swiss Muliaman Hadad mengatakan banyak faktor yang membuat ekspor Indonesia kalah dibandingkan negara tetangga seperti Vietnam hingga Malaysia. Salah satunya adalah kurangnya akses perdagangan bebas (Free Tradement Agreement/FTA) antara Indonesia dengan negara lain.

Menurut Muliaman, dengan semakin banyaknya FTA maka Indonesia bisa mendapatkan referensi tarif terhadap barang-barang ekspor dan investasi. Sehingga Indonesia ada sedikit perbandingan antara tarif ekspor dengan negara lain.

"Belakangan banyak perbedaan dengan Vietnam. Vietnam banyak FTA banyak negara dan banyak wilayah sehingga dia punya refrensial tarif kalau harus dagang kesana berdasarkan FTA. Kira agak seret FTA salah satu upaya dorong ekspor proronnalisasi mendorong penyelesaian itu bisa menjadi payung membuka data saing baru kita," jelasnya.

Oleh karenanya lanjutan Muliaman, peran duta besar sangatlah penting untuk membuka akses perdagangan dengan negara-negara tersebut. Sehingga ekspor Indonesia bisa lebih meningkat lagi .

"Sehingga mendorong ekspor kita adalah memfinlaisais dan akaeslirasi penyelesaian Agreement itu. Agar bisa membuka payung refrensi tarif untuk daya saing kita," jelasnya.

Sebagai informasi, Presiden Joko Widodo menyindir dan menyebut ada yang salah dengan ekspor Indonesia yang masih kalah dengan negara tetangga di ASEAN. Presiden menyebut ekspor Indonesia pada 2017 mencapai USD145 miliar masih kalah dengan Thailand yang mencapai USD231 miliar, Malaysia USD184 miliar dan Vietnam yang mencapai USD160 miliar.

Presiden menyebut, ada kekurangan yang harus dibenahi sehingga ekspor Indonesia tidak kalah dengan negara-negara tetangga, yang jumlah penduduk dan sumber dayanya masih dibawah Indonesia. Jokowi juga menyebut Indonesia terlalu monoton dan mengurus pasar tradisional saja dan tidak mau membuka pasar baru.

(Fakhri Rezy)

Follow WhatsApp Channel Okezone untuk update berita terbaru setiap hari
Berita Terkait
Telusuri berita finance lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement