JAKARTA - Nilai tukar Rupiah terhadap dolar Amerika Serikat (AS) saat ini sudah berlebihan. Di mana, Rupiah tengah bergerak di kisaran Rp13.700 sampai Rp13.800 per USD.
Deputi Gubernur Senior BI Mirza Adityaswara mengatakan, kalau menurut BI Rupiah itu memang sebelum fluktuasi ini juga sudah undervalued (di bawah nilai fundamental). Jadi kalau ada fluktuasi yang seperti terjadi di beberapa hari terakhir, memang Rupiahnya sudah undervalued.
Mirza menegaskan, pelemahan Rupiah terhadap "greenback" hanya bersifat sementara karena tekanan eksternal. Terlebih, mata uang Garuda bukan menjadi satu-satunya mata uang yang melemah terhadap dolar AS.
Pelemahan Rupiah ini karena perbaikan data ekonomi AS, terutama dari indikator keyakinan konsumen dan proyeksi kenaikan inflasi. Selain itu, pidato Gubernur baru The Federal Reserve Jerome Powell yang mengonfirmasi kenaikan suku bunga acuan AS pada tahun ini secara bertahap menyusul membaiknya perekonomian AS.
Mirza pun membantah jika BI sengaja membuat mata uang Garuda ini melemah untuk mendorong nilai ekspor. Bank Sentral, kata dia, akan berada di pasar untuk menjaga stabilitasi baik di pasar valuta asing (valas) dan pasar Surat Berharga Negara (SBN).
"Enggak ya kalau sudah undervalued untuk apa Bank Indonesia undervalued. Dan BI akan ada di pasar untuk melakukan stabilitasi," ujar dia.