NUSA DUA - Pemerintah RI berupaya mengurangi hambatan tarif perdagangan antara Indonesia dengan Uganda dan negara-negara Afrika lainnya melalui pembentukan Perjanjian Perdagangan Istimewa (Preferential Trade Agreement/PTA).
Hal itu disampaikan Menteri Luar Negeri RI Retno Marsudi usai bertemu dengan Duta Besar Uganda untuk RI Dorothy Samali Hyuha di sela-sela perhelatan Forum Indonesia-Afrika (Indonesia-Afrika Forum/IAF) di Nusa Dua, Kabupaten Badung, Bali, Rabu (11/4/2018).
"Dalam pertemuan tadi, kami membicarakan upaya untuk meningkatkan kerja sama ekonomi, khususnya perdagangan. Saya sampaikan upaya Indonesia untuk mengangkat hambatan perdagangan dalam bentuk PTA," ujar Menlu Retno Marsudi.
Baca Juga: Punya Pertumbuhan Ekonomi Tinggi, Indonesia Tingkatkan Kerjasama dengan Ghana
Perjanjian Perdagangan Istimewa (PTA) adalah perjanjian perdagangan antara negara-negara yang mengurangi hambatan tarif untuk produk-produk tertentu ke negara-negara yang menandatangani perjanjian.
Menurut Menlu Retno, salah satu upaya untuk menghapus hambatan tarif perdagangan dengan Uganda dapat dilakukan melalui pembentukan PTA antara Indonesia dengan The East African Community (EAC).
EAC adalah organisasi antarpemerintah yang terdiri dari enam negara di kawasan Danau Besar Afrika di Afrika bagian timur, yaitu Burundi, Kenya, Rwanda, Sudan Selatan, Tanzania, dan Uganda.
"Uganda menjadi Ketua EAC tahun ini, maka Indonesia ingin mengusulkan pembentukan PTA dengan EAC dalam upaya menurunkan hambatan tarif perdagangan," ucap Menlu Retno.
Baca Juga: Indonesia-Afrika Komit Turunkan Tarif Perdagangan
Pada pertemuan dengan Dubes Uganda, Menlu RI juga membahas tentang upaya untuk meningkatkan kerja sama ekonomi antara Indonesia dengan Uganda, terutama di bidang perdagangan. Dia menyebutkan bahwa tren perdagangan Indonesia dan Uganda selalu positif.
"Nilai perdagangan bilateral Indonesia-Uganda terus meningkat setiap tahun. Pada tahun lalu peningkatannya mencapai 55%," ungkap Retno.
Baca Juga: Forum Indonesia Afrika Tambah Nilai Perdagangan hingga USD500 Juta
Selanjutnya, dalam pertemuan itu Menlu RI dan Dubes Uganda juga membahas kerja sama pemberdayaan generasi muda di kedua negara.
Terkait hal itu, pemerintah Indonesia memberikan beasiswa melalui program "Developing Countries Partnership" (Kemitraan Negara Berkembang) dan pelatihan dalam bidang keuangan mikro dan budi daya sumber daya laut pada anak muda di Uganda.
(Dani Jumadil Akhir)