JAKARTA - Nilai tukar Rupiah terhadap Dolar Amerika Serikat (AS) masih terus mengalami tekanan. Depresiasi mata uang Garuda tentunya membebani beberapa sektor yang menjalani bisnis impor.
Akan tetapi, tekanan tersebut tidak dirasakan oleh PT Mitra Adiperkasa Tbk (MAPI) .
Head of Corporate MAPI Fetty Kwartati menjelaskan, bisnis ritel perseroan cenderung tahan terhadap tekanan Rupiah, sebab konsumen dari MAPi mayoritas adalah konsumen kelas menengah ke atas (middle upper class). Artinya, depresiasi Rupiah sepanjang masih di level sekarang belum mempengaruhi daya beli kelas tersebut.
"Kami masih melihat pertumbuhan penjualan yang lumayan stabil sampai di akhir Juni walaupun Rupiah sudah terdepresiasi dari awal tahun ya," kata dia di Geudng Bursa Efek Indonesia, Jakarta, Kamis (5/7/2018).
Sebagai perusahaan ritel yang produknya berasal dari luar negeri tentunya penjualan produk MAPI memperhitungkan pergerakan nilai tukar. Fetty menjelaskan, perseroan selalu menyesuaikan harga jual dengan nilai kurs pada saat pembelian produk.
"Jadi harga jual akan mengikuti kurs yang ada pada saat barang yang baru. Kalau barang yang diset 2 bulan lalu kursnya masih Rp14.000 sekarang Rp14.300. Nah yang pakai kurs Rp14.000 itu tidak dikaitin dengan Rp14.300," jelas dia.
Meskipun saat ini bisnis perseroan cenderung masih dalam kondisi aman dari imbas pelemahan Rupiah, akan tetapi Fetty berharap nilai kurs kembali normal.
"Kalau terus depreciating maka someday akan ada dampak," kata Fetty.
Sekadar informasi, mengutip dari Yahoofinance pada pukul 15.00 WIB nilai tukar Rupiah terhadap Dolar AS mencapai Rp14.390 per USD. Rupiah ditransaksikan pada rentang RP13.345 hingga Rp14.420 per USD.
(Kurniasih Miftakhul Jannah)