Advertisement
Advertisement
Advertisement
Advertisement

OJK: IHSG Alami Pelemahan hingga Kuartal II

Yohana Artha Uly , Jurnalis-Selasa, 31 Juli 2018 |21:45 WIB
OJK: IHSG Alami Pelemahan hingga Kuartal II
Indeks Harga Saham Gabungan (Ilustrasi: Okezone)
A
A
A

JAKARTA - Otoritas Jasa Keuangan (OJK) mencermati Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) pada kuartal II secara umum mengalami pelemahan. Hal ini dipengaruhi oleh tekanan eksternal.

"IHSG sampai dengan akhir Triwulan-II secara umum mengalami pelemahan yang diiringi dengan aksi jual non-residen," ujar Ketua Dewan Komisioner OJK Wimboh Santoso, Jakarta, Selasa (31/7/2018).

IHSG Cetak Rekor Tertinggi Baru dengan Ditutup Naik 33,70 Poin 

Penghimpunan dana di pasar modal hingga Juni 2018 mencapai Rp108 triliun. Emiten baru tercatat sebanyak 31 perusahaan, jauh lebih banyak dibanding posisi hingga Mei 2018 sebesar 18 perusahaan.

"Total dana kelolaan investasi hingga Juni 2018 mencapai Rp706,2 triliun, naik dibandingkan Juni 2017 sebesar 685,8 triliun," sebutnya.

Kondisi perekonomian global juga mempengaruhi lembaga keuangan domestik. Kinerja intermediasi sektor jasa keuangan secara umum mengalami moderasi walau masih terjaga.

IHSG Cetak Rekor Tertinggi Baru dengan Ditutup Naik 33,70 Poin 

Dari sisi risiko, OJK menilai risiko yang dihadapi lembaga jasa keuangan masih berada pada level yang manageable. Di mana rasio Non¬ Performing Loan (NPL) gross perbankan posisi Juni 2018 tercatat sebesar 2,67% turun dari posisi Mei (2,79%) dan rasio Non-Performing Financing (NPF) perusahaan pembiayaan tercatat sebesar 3,15%, meningkat dari posisi Mei yang 3,12%.

"Sementara itu, permodalan lembaga jasa keuangan (LJK) juga terjaga dengan CAR perbankan sebesar 21,9%, sedikit menurun dari posisi Mei yang 22,2%, namun jauh di atas threshold," jelasnya.

Adapun Risk based Capital (RBC) asuransi umum mencapai 333% naik dari posisi Mei yang 319%, sedangkan asuransi juga mencapai 455% naik dari posisi Mei yang 442%.

IHSG Cetak Rekor Tertinggi Baru dengan Ditutup Naik 33,70 Poin 

"Kondisi likuiditas di perbankan juga masih memadai. Ekses likuiditas di perbankan per 18 Juli 2018 sebesar Rp539,9 triliun," sebut Wimboh.

Di sisi lain, angka pertumbuhan kredit pada posisi Juni 2018 tumbuh sebesar 10,75% yoy, lebih tinggi dibandingkan tahun sebelumnya 7,75% yoy.

"OJK akan terus memantau dinamika perekonomian global, dalam jangka menengah dan panjang OJK akan terus mengupayakan peningkatan fungsi intermediasi melalui beberapa opsi kebijakan," pungkasnya.

(Kurniasih Miftakhul Jannah)

Follow WhatsApp Channel Okezone untuk update berita terbaru setiap hari
Topik Artikel :
Berita Terkait
Telusuri berita finance lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement