Advertisement
Advertisement
Advertisement
Advertisement

Adhi Karya Raup Kontrak Baru Rp8,91 Triliun hingga Akhir Agustus

Adhi Karya Raup Kontrak Baru Rp8,91 Triliun hingga Akhir Agustus
Ilustrasi: Foto Shutterstock
A
A
A

JAKARTA - Tercatat sampai akhir Agustus 2018, PT Adhi Karya (Persero) Tbk (ADHI) telah membukukan kontrak baru senilai Rp8,91 triliun. Jumlah ini meningkat 14% ketimbang bulan sebelumnya sebesar Rp7,43 triliun.

“Perolehan kontrak baru ADHI di akhir Agustus 2018 masih didominasi lini bisnis konstruksi dan energi yang mencapai 89,9%. Sisanya dari lini bisnis properti sebesar 9,1%,” kata Sekretaris Perusahaan ADHI Ki Syahgolang Permata, di Jakarta seperti dikutip Harian Neraca.

Dirinya menjelaskan, berdasarkan tipe pekerjaan, mayoritas kontrak baru ADHI merupakan proyek gedung yang mencapai 77,3%. Disusul berikutnya oleh proyek jalan dan jembatan sebesar 8,6%, sementara proyek infrakstruktur lain mengisi porsi yang tersisa.

Untuk proyek baru yang diperoleh hingga Agustus 2018, ADHI bakal mengerjakan pembangunan MUI Eureka Tower senilai Rp 400 miliar.

 

Selain itu, perusahaan kontraktor pelat merah ini juga akan menggarap renovasi Stadion Manahan Solo dengan nilai Rp273,9 miliar serta pembangunan Bandara Biak di Papua senilai Rp207 miliar. Disampaikan Ki Syahgolang, pihaknya yakin masih bisa mendapatkan kontrak baru hingga sebesar Rp23,35 triliun di akhir tahun nanti.

Dia juga berpendapat, peningkatan volatilitas nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika Serikat tidak berdampak pada kinerja ADHI. Hal ini mengingat seluruh kontrak pekerjaan perusahaan dilakukan dalam nominal rupiah. Selain itu, belum ada pula proyek-proyek infrastruktur ADHI yang mengalami penundaan akibat sentimen tersebut.

ADHI pun telah mengantisipasi dampak fluktuasi kurs rupiah. Hal tersebut diimplementasikan pada pengerjaan proyek LRT Jabodebek. Proses bagian mekanikal dan elektrikal untuk proyek tersebut sudah terkontrak dengan perusahaan-perusahaan asing sejak jauh hari sebelum Rupiah berada dalam tren melemah. “Itu sebabnya, semua pekerjaan sipil termasuk pemasangan beton pracetak dan rel aman dari masalah rupiah,”ujarnya.

 

Sementara untuk proyek pengerjaan Light Rapid Transit (LRT) Jakarta, Bogor, Depok dan Bekasi (Jabodetabek), lanjutnya, proyek tersebut terus menunjukkan kemajuan yang signifikan. Di mana hingga pertengahan September progressnya sudah mencapai 44,87%. Jika dirinci, lintas pelayanan Cawang—Cibubur telah mencapai 66,76%, kemudian lintas pelayanan Cawang—Dukuh Atas mencapai 30,74%. Adapun lintas pelayanan Cawang—Bekasi Timur telah mencapai 33,34%.

Saat ini, ADHI sedang memulai pemasangan trackwork atau rel untuk jalur Cawang—Cibubur. Setelah itu, langsung dilanjutkan dengan pemasangan rel untuk perlintasan Cawang—Bekasi Timur. Pria yang akrab disapa Kiki ini tetap yakin, proses pembangunan LRT akan selesai tepat waktu pada 2019 mendatang.

Menurutnya, proyek LRT merupakan inovasi baru di dunia transportasi Indonesia. Proyek yang mengusung tema transportasi terintegrasi tersebut menggunakan beton pracetak atau U-Shape Girder yang pertama kalinya diaplikasikan di Indonesia. U-Shape Girder sendiri cocok dengan kondisi lokasi tempat LRT dibangun mengingat ruang untuk pengerjaan proyek tersebut tergolong terbatas.

(Dani Jumadil Akhir)

Follow WhatsApp Channel Okezone untuk update berita terbaru setiap hari
Topik Artikel :
Berita Terkait
Telusuri berita finance lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement