NEW YORK - Kemerosotan harga minyak kian cepat pada akhir perdagangan Selasa (Rabu pagi WIB), dengan kontrak berjangka AS mengalami kerugian satu hari paling curam dalam lebih dari tiga tahun akibat kekhawatiran yang sedang berlangsung tentang melemahnya permintaan global dan kelebihan pasokan.
Minyak AS berjangka ditutup jatuh 7,1% memperpanjang rekor penurunan menjadi 12 hari berturut-turut dan merupakan tingkat terendah sejak November 2017. Lebih dari 980.000 kontrak berpindah tangan, karena dana-dana melepaskan posisi.
"Ini seperti lonjakan penarikan dana-dana dari bank," kata analis di Price Futures Group Phil Flynn seperti dikutip Antara, Jakarta, Rabu (14/11/2018).
"Ini menuju ke titik di mana hal itu tampaknya tidak lagi tentang fundamental, tetapi total kejatuhan harga."
Baca Juga: Harga Minyak Turun, Investor Khawatir Pasokan Meningkat
Para pedagang mengatakan penjualan tersebut merupakan perpanjangan dari perdagangan Senin sebelumnya yang dipicu setelah Presiden AS Donald Trump memposting tweet yang dimaksudkan untuk menekan Organisasi Negara-negara Pengekspor Minyak (OPEC) agar tidak mengurangi pasokan untuk menopang harga.
Tweet Trump menyusul laporan akhir pekan bahwa Arab Saudi sedang mempertimbangkan pemotongan produksi pada pertemuan OPEC Desember, karena meningkatnya kekhawatiran bahwa pasokan telah mulai melebihi konsumsi.
Baca Juga: Harga Minyak Turun 10 Hari Berturut-turut, Terparah Sejak 1984
Para spekulan telah menarik kembali taruhan besar mereka pada reli minyak, sebuah proses yang dilanjutkan pada Selasa. kata para pedagang. Pada pekan lalu, hedge fund dan manajer uang lainnya telah mengurangi posisi jangka panjang mereka dalam kontrak minyak ke level terendah sejak Agustus 2017.
Pedagang-pedagang mengatakan bahwa pelemahan baru-baru ini dalam ekuitas telah mengipasi kekhawatiran tentang pertumbuhan global, yang juga berkontribusi terhadap penurunan harga minyak.
Minyak mentah AS, West Texas Intermediate (WTI) untuk penyerahan Desember, ditutup jatuh USD4,24 atau 7,1% menjadi USD55,69 per barel. Ini merupakan persentase penurunan satu hari terbesar untuk kontrak sejak September 2015. Minyak mentah AS telah kehilangan 28%sejak mencapai puncaknya di awal Oktober.
Baca Juga: Komentar Trump Bikin Harga Minyak Turun Lagi
Sementara itu, minyak mentah Brent merosot USD4,65 atau 6,6% menjadi berakhir di USD65,47 per barel, kerugian satu hari terbesar sejak Juli. Patokan global ini telah kehilangan 25% sejak mencapai level tertinggi empat tahun pada awal Oktober. Sekarang berada pada level yang tidak terlihat sejak Maret.
Dalam laporan bulanannya, OPEC mengatakan permintaan minyak dunia tahun depan akan naik 1,29 juta barel per hari (bph), 70.000 barel per hari lebih rendah dari prediksi bulan lalu dan penurunan perkiraan keempat berturut-turut. Namun demikian, produksi naik 127.000 barel per hari menjadi 32,9 juta barel per hari, kata OPEC.
Menteri Energi Saudi Khalid al-Falih mengatakan bahwa OPEC sepakat ada kebutuhan untuk mengurangi pasokan minyak tahun depan sekitar satu juta barel per hari dari tingkat Oktober untuk mencegah kelebihan pasokan.
(Dani Jumadil Akhir)