Advertisement
Advertisement
Advertisement
Advertisement

Menteri ESDM: PNBP Batu Bara Rp40 Triliun, Terbesar Setelah Minyak Sawit

Koran SINDO , Jurnalis-Rabu, 19 Desember 2018 |11:24 WIB
Menteri ESDM: PNBP Batu Bara Rp40 Triliun, Terbesar Setelah Minyak Sawit
Ilustrasi Batu Bara (Foto: Okezone)
A
A
A

JAKARTA – Kamar Dagang dan Industri (Kadin) Indonesia menilai komoditas batu bara memiliki peranan yang cukup besar sebagai salah satu pemenuhan energi di masa depan berdasar pada hasil penemuan dan riset terkini.

Tak hanya itu, Indonesia sebagai salah satu produsen dan eksportir batu bara terbesar di dunia juga dapat berkontribusi terhadap perekonomian, berasal dari total penerimaan negara bukan pajak (PNBP). “Saya mengucapkan terima kasih karena penerimaan negara berupa PNBP dari batu bara mencapai Rp40 triliun. Ini kedua terbesar setelah minyak sawit. Ini memperlihatkan sektor batu bara masih sangat dibutuhkan dalam pembangunan ke depan,” ungkap Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral Ignasius Jonan di forum International Energy Agency (IEA) Coal Forecast to 2023 di Jakarta kemarin.

Baca Juga: Lampaui Target, Penerimaan dari Panas Bumi Capai Rp1,14 Triliun

Menurut Jonan, di sektor batu bara itu yang paling penting dipersiapkan ke depan adalah semua perusahaan energi di Indonesia harus menyiapkan energi terbarukan. “Untuk perusahaan batu bara , pemerintah menganjurkan supaya ada nilai tambah,” katanya. Batu bara Indonesia dikenal sebagai batu bara termal paling ramah lingkungan di dunia, dengan penggunaan teknologi baru yang diterapkan pada proyek pembangkit listrik diharapkan dapat meminimalkan dampak lingkungan.

Saat ini telah terdapat teknologi pembangkit listrik tenaga uap yang dapat mengurangi dampak emisi CO2 yang cukup signifikan dan hemat bahan bakar, yaitu teknologi superkritikal atau ultrasuperkritikal. Wakil Ketua Umum Kadin Bidang Energi Mineral, batu bara , dan Listrik, Boy Garibaldi Thohir, mengatakan, potensi batu bara masih relatif besar. Dia berharap kebijakan dan regulasi di sektor batu bara juga tepat untuk pengembangan dan pemanfaatannya sebagai sumber energi yang masih bisa berkembang di masa depan.

batu bara

“Sektor ini masih menjadi sumber energi utama kelistrikan nasional jika dibandingkan dengan sumber listrik lain seperti gas alam dan panas bumi. Adanya kepastian program penyediaan listrik dan program 35 GW akan mendorong terciptanya efek berganda yang positif bagi pertumbuhan ekonomi hingga ke daerah-daerah,” ungkapnya. Berdasarkan data dari Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM), per 13 September 2018, PNBP minerba mencapai Rp33,55 triliun. Jumlah tersebut telah melampaui target PNBP tahun ini yang dipatok sebesar Rp32,09 triliun atau sudah terealisasi 104,5%. Proporsi PNBP tersebut 70% berasal dari batu bara , sedangkan sisanya disumbang dari sektor mineral.

Di sisi lain, Indonesia juga memiliki posisi geografis strategis untuk pasar negara-negara berkembang seperti China dan India. Berdasarkan data IEA, permintaan batu bara global akan stagnan hingga 2022 dan kondisi tersebut juga mempengaruhi permintaan batu bara di China yang menurun secara perlahan. Pada 2017 rebound ekonomi dan output hidro yang rendah telah mendorong pertumbuhan permintaan batu bara di China setelah tiga tahun menurun. Meskipun dorongan energi terbarukan dan harga gas yang lebih rendah, permintaan daya tambahan sebagian dipenuhi oleh batu bara.

Baca Juga: Energi Terbarukan Sumbang PNBP Sebesar Rp1,1 Triliun

Ketua Asosiasi Pengusaha Batu bara Indonesia, Pandu Patria Sjahrir, mengatakan, kesempatan bisnis di sektor batu bara masih sangat besar. Dia memprediksi tahun depan tidak akan jauh berbeda dengan tahun ini. “Ekspektasi masih bisa dibentuk, misalnya mengenai perubahan P2PKB yang berubah jadi IUPK, apa pun keputusan yang dibuat, kalau belum dibuat akan membuat ketidakpastian sehingga investasi akan slow down. Tapi potensi masih ada,” ucapnya.

Seperti diketahui, sekitar 66% dari pembangkit listrik di Tanah Air hingga kini berpembangkit listrik berbasis batu bara (PLTU). Pasokan batu bara untuk kebutuhan PLTU dalam negeri diperkirakan akan meningkat signifikan dalam kurun waktu lima tahun ke depan. Realisasi di tahun 2015 sekitar 70,8 juta ton dan di tahun 2020 diperkirakan sekitar 177,5 juta ton.

(Ichsan Amin)

(Kurniasih Miftakhul Jannah)

Follow WhatsApp Channel Okezone untuk update berita terbaru setiap hari
Berita Terkait
Telusuri berita finance lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement