Januari tahun ini juga menandai dimulainya pemangkasan produksi oleh OPEC dan sekutunya. Pada pertemuan Desember lalu, OPEC dan beberapa produsen minyak utama lainnya, termasuk Rusia, berjanji untuk memotong produksi sebesar 1,2 juta barel per hari, efektif mulai Januari 2019.
Prospek untuk penurunan lebih lanjut dalam produksi minyak mentah dan kekhawatiran atas kemungkinan menyusutnya permintaan minyak karena pertumbuhan global yang melambat, menyebabkan volatilitas pasar pada Kamis (3/1), para ahli mencatat.
Minyak mentah AS, West Texas Intermediate (WTI) untuk pengiriman Februari, naik USD0,55 menjadi menetap pada USD47,09 per barel di New York Mercantile Exchange. Sementara itu, patokan global, minyak mentah Brent untuk pengiriman Maret, naik USD1,04 menjadi ditutup pada USD55,95 per barel di London ICE Futures Exchange.
Harga untuk kedua minyak mentah acuan mengakhiri perdagangan 2018 dengan lebih rendah dari posisi mereka pada awal 2018, Badan Informasi Energi AS (EIA) mengatakan pada Kamis (3/1).
Minyak mentah Brent mengakhiri tahun lalu di USD54 per barel, USD13 per barel lebih rendah dari awal tahun 2018. Minyak mentah West Texas Intermediate (WTI) mengakhiri tahun di USD45 per barel, USD15 per barel lebih rendah dari awal tahun 2018.
Tahun 2018 menandai pertama kalinya sejak 2015 bahwa harga-harga minyak mentah acuan ini mengakhiri tahun dengan harga lebih rendah daripada di awal tahun. Pada 2018, minyak mentah Brent rata-rata mencapai USD72 per barel, sementara WTI rata-rata mencapai USD65 per barel.
Brent dan WTI masing-masing mencapai harga tertinggi mereka selama tahun lalu pada 3 Oktober, masing-masing di USD86 per barel dan USD76 per barel. Harga untuk setiap minyak mentah turun dengan cepat setelah itu. Pada 24 Desember, Brent mencapai titik terendah tahunan di USD50 per barel dan WTI mencapai titik terendah tahunan di USD43 per barel.
Dalam upaya untuk membatasi pasokan berlebih, pada 7 Desember 2018, OPEC dan negara-negara penghasil lainnya (termasuk Rusia) mengumumkan akan memangkas produksi sebesar 1,2 juta barel per hari dari level Oktober 2018 selama enam bulan pertama 2019.
(Kurniasih Miftakhul Jannah)