JAKARTA - Calon Presiden Nomor Urut 2 Prabowo Subianto berencana untuk menaikkan tax ratio hingga 16%. Pernyataan tersebut banyak mengundang banyak reaksi termasuk dari pengamat Ekonomi Indef Bhima Yudhistira.
Menurutnya sangat tidak masuk akal jika peningkatan tax Ratio dilakukan hanya dalam jangka waktu 5 tahun saja. Sebab, membutuhkan desain yang matang untuk mengejar target tersebut.
"Misalnya buat planning 10 tahun jadi 16% masih masuk akal, kalau 5 tahun target tax ratio seharusnya jangan terlalu tinggi," ujarnya saat dihubungi Okezone, Jumat (17/1/2019).
Baca Juga: Benarkah Rasio Pajak saat Ini Terlalu Rendah?
Di sisi lain, desain yang dibuat juga tidak bisa asal-asalan. Karena harus disesuaikan dengan kondisi ekonomi global dan dalam negeri.
"Untuk kejar tax ratio 16% harus ada grand designnya dilakukan bertahap tergantung situasi ekonomi," ucapnya.
Bhima menambahkan, jika tidak direncanakan secara matang akan mengganggu iklim usaha dan investasi. Apalagi, basis pajak yang ada saat ini masih berkutat di Wajib Pajak (WP) itu-itu saja.
Baca Juga: Prabowo Usul Tax Ratio 16%, Investasi Bakal Terganggu
"Pengusaha pastinya enggak mau dikejar pajak yg terlalu tinggi. Sementara basis pajaknya itu itu saja pasca tax amnesty tidak ada kenaikan yang signifikan," jelasnya.
Apalagi lanjut Bhima, saat ini kondisi perekonomian global sedang berada di tren perlambatan. Kepastian global juga masih belum surut meskipun Bank Sentral Amerika Serikat (The Fed) dan juga Perang Dagang antara AS dan Cina sudah mulai tak seagresif tahun kemarin.
"Kondisi ekonomi saat ini sedang lesu, pajak yang tinggi malah jadi penghambat pertumbuhan di sektor riil," jelasnya
(Feby Novalius)