Advertisement
Advertisement
Advertisement
Advertisement

Tren Kenaikan Suku Bunga Masih Terbuka

Koran SINDO , Jurnalis-Selasa, 26 Februari 2019 |10:59 WIB
Tren Kenaikan Suku Bunga Masih Terbuka
Ilustrasi: Foto Shutterstock
A
A
A

JAKARTA – Tren kenaikan lanjutan pada suku bunga simpanan perbankan masih terbuka, namun akan cenderung terbatas sebab beberapa kelompok bank sudah melewati level tertingginya khususnya untuk suku bunga maksimal. Tetapi, pola ini sejalan dengan berhentinya kenaikan suku bunga kebijakan oleh Bank Indonesia (BI).

“Sementara suku bunga simpanan valuta asing (valas) di perkirakan akan stabil dengan kecenderungan turun di tengah membaiknya kinerja nilai tukar dan arah kebijakan The Fed yang lebih dovish,” kata Kepala Group Risiko Perekonomian dan Sistem Keuangan Lembaga Penjamin Simpanan (LPS) Dody Arifianto di Jakarta, kemarin.

Dia mengatakan, penyesuaian kenaikan suku bunga kredit dinilai terbuka, namun akan selektif dilakukan untuk menjaga potensi kenaikan rasio non performing loan (NPL) atau kredit bermasalah.

Baca Juga: Tahan Suku Bunga, BI: Bank Tak Perlu Naikkan Bunga Kredit

Rata-rata tingkat bunga deposito rupiah (22 moving daily ave rage) bank benchmark LPS pada akhir Januari 2018 mencapai 6,17% yang naik 2 bps dari posisi akhir Desember 2018. Hal sama terjadi pula pada rata-rata suku bunga minimum yang juga naik 5 bps ke posisi 5,04%, sedangkan suku bunga maksimal stabil di posisi 7,15%.

Sebaliknya, tingkat bunga deposito valas pada periode yang sama cenderung menurun untuk rata-rata turun 4 bps dan maksimal turun 6 bps. Dody menuturkan pertumbuhan kredit yang lebih tinggi diperkirakan masih berlanjut.

Namun, untuk lajunya akan cenderung mengalami perlambatan sepanjang tahun di tengah keterbatasan pertumbuhan dana pihak ketiga (DPK) dan potensi naiknya suku bunga kredit potensial berdampak pada perilaku korporasi serta konsumen dalam melakukan permintaan kredit baru.

Di sisi lain, kata dia, pertumbuhan DPK diyakini akan tumbuh lebih baik meskipun masih tetap berada di bawah kredit. “Kinerja pertumbuhan kredit dan DPK untuk tahun 2019 masing-masing diperkirakan akan berada di kisaran 12,4% dan 9,0%,” ungkapnya.

 Baca Juga: Bos BI: Perbankan Tak Perlu Naikkan Bunga Kredit

Deputi Gubernur Bank Indonesia Erwin Rijanto mengatakan, secara keseluruhan stabilitas sistem keuangan tetap terjaga disertai fungsi intermediasi yang membaik dan risiko kredit terkendali.

Pertumbuhan kredit pada 2018 tercatat sebesar 11,75%, lebih tinggi di bandingkan dengan pertumbuhan kredit 2017 sebesar 8,2%. Sedangkan pertumbuhan DPK pada 2018 sebesar 6,5%, menurun dibandingkan dengan pertumbuhan DPK tahun sebelumnya sebesar 9,4%.

Pada tahun ini BI 2019 memprediksi pertumbuhan kredit ber ada di kisaran 10-12% dibandingkan periode sama tahun lalu atau year on year (yoy), sedangkan pertumbuhan DPK diprakirakan sekitar 8-10% (yoy).

“Adapun rasio kecukupan modal (capital adequacy ratio/CAR) perbankan tetap tinggi mencapai 22,9% dan rasio likuiditas masih aman, yakni sebesar 19,3% pada Desember 2018,” ungkapnya.

Selain itu, rasio kredit bermasalah atau NPL tetap rendah, yaitu sebesar 2,4% (gross) atau 1,0% (net). “Ke depan, kami akan terus menempuh kebijakan makroprudensial yang akomodatif guna mendorong pembiayaan ekonomi dan menjaga stabilitas sistem keuangan berkoordinasi dengan otoritas terkait,” katanya.

Ekonom Senior Indef Aviliani menilai, pertumbuhan kredit berpotensi meningkat akibat adanya dampak pemilihan presiden (pilpres) yang digelar April 2019 nanti. Menurutnya, peningkatan akan terjadi pada kredit konsumsi.

“Dampak Pilpres terhadap ekonomi Indonesia akan terjadi sentimen negatif jika terjadi kampanye negatif dan black campaign. Tapi, dampak positifnya, ya bisa menaikan potensi pertumbuhan kredit utamanya di kredit konsumsi,” ungkap dia. (Kunthi Fahmar Sandy)

(Dani Jumadil Akhir)

Follow WhatsApp Channel Okezone untuk update berita terbaru setiap hari
Berita Terkait
Telusuri berita finance lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement