Advertisement
Advertisement
Advertisement
Advertisement

Trump Tunda Kenaikan Tarif Produk China, Apa Dampaknya?

Koran SINDO , Jurnalis-Selasa, 26 Februari 2019 |11:25 WIB
Trump Tunda Kenaikan Tarif Produk China, Apa Dampaknya?
Foto: Presiden AS Donald Trump (Reuters)
A
A
A

WASHINGTON – Presiden Amerika Serikat (AS) Donald Trump menunda kenaikan tarif AS untuk produk-produk China karena perundingan dagang dianggap produktif.

Trump dan Presiden China Xi Jinping juga akan bertemu untuk menandatangani kesepakatan jika kemajuan dalam perundingan itu berlanjut. Pengumuman Trump itu merupakan tanda paling jelas bahwa China dan AS akan segera membuat kesepakatan mengakhiri perang dagang yang berlangsung beberapa bulan hingga melemahkan pertumbuhan ekonomi global dan mengacaukan pasar.

Trump berencana menaikkan tarif hingga 25% dari 10% pada produk impor China ke AS senilai USD200 miliar jika kesepakatan tak bisa tercapai pada Jumat (1/3). Setelah sepekan perundingan yang diperpanjang hingga akhir pekan, Trump menyatakan tarif tidak akan dinaikkan sekarang.

 Baca Juga: Wall Street Menguat Usai Presiden Trump Tunda Kenaikan Tarif Barang China

Dalam tweet, Trump menyatakan kemajuan telah dibuat dalam berbagai bidang, seperti proteksi hak kekayaan intelektual, transfer teknologi, pertanian, jasa, dan mata uang.

“Sebagai hasilnya, saya akan menunda kenaikan tarif oleh AS yang dijadwalkan pada 1 Maret. Mengasumsikan kedua pihak membuat kemajuan lagi, kami akan merencanakan konferensi tingkat tinggi (KTT) dengan Presiden Xi dan saya sendiri, di Mara Lago, untuk menyimpulkan kesepakatan. Akhir pekan yang sangat bagus untuk AS dan China!” tweet Trump.

Mara Lago merupakan properti presiden di Florida tempat kedua pemimpin itu pernah bertemu. Trump tidak menetapkan batas waktu baru bagi perundingan itu untuk disimpulkan, tapi dia menjelaskan pada para gubernur negara bagian AS yang berkumpul di Gedung Putih bahwa akan ada berita sangat besar dalam satu atau dua pekan mendatang jika negosiasi berjalan baik.

 Baca Juga: Dolar AS Lesu, Ini Penyebabnya

Gedung Putih tidak menyebutkan rincian tentang kemajuan yang dibuat. Menteri Luar Negeri (Menlu) China sekaligus Penasihat Negara Wang Yi menjelaskan, dalam forum di Beijing bahwa perundingan mengalami kemajuan penting sehingga ada harapan positif untuk stabilitas hubungan bilateral dan pembangunan ekonomi global. Kantor berita Xinhua melaporkan dalam komentarnya bahwa tujuan kesepakatan semakin mendekat untuk segera tercapai. Meski demikian, negosiasi akan semakin sulit saat mendekati tahap akhir.

“Munculnya ketidakpastian baru tak bisa ditepis dan friksi dagang AS-China yang sulit dan rumit dalam jangka panjang harus diakui secara jelas,” kata laporan Xinhua.

Trump dan Xi menyerukan penghentian perang dagang selama 90 hari tahun lalu untuk memberi waktu bagi proses negosiasi. Ancaman menaikkan tarif menjadi faktor penting yang menguntungkan tim negosiasi Trump karena Beijing berupaya menstabilkan ekonomi China.

“Kita tak bisa memastikan apakah ini merupakan gua atau kesuksesan utama karena kita tidak tahu rincian yang dinegosiasikan. Tapi, menyepakati untuk memperpanjang negosiasi selama beberapa pekan lagi, jelas menjadi kepentingan China,” tutur Scott Kennedy, pakar China di Pusat untuk Studi Strategis dan Internasional (CSIS) yang berbasis di Washington dilansir Reuters.

“Pada tahap ini, AS tampaknya mendapatkan semua yang diinginkan dari China,” ungkap Kennedy.

Pakar strategis pasar dari JP Morgan Asset Management, Tai Hui, menyatakan langkah itu menunjukkan kedua pihak ingin mengakhiri perselisihan dan menaikkan tarif akan menambah kekhawatiran tentang outlook pertumbuhan ekonomi AS. Pasar dan beberapa asosiasi dagang AS menyambut langkah Trump tersebut. Pasar sangat sensitif pada konflik dagang yang telah melemahkan pertumbuhan global itu. Indeks bursa AS menguat pada Minggu (24/2) malam saat perdagangan dibuka pekan ini. Indeks S&P 500 menguat setelah tweet Trump tentang perdagangan sehingga Wall Street bisa dibuka positif pada Senin (25/2) pagi.

Bursa saham Asia juga menguat dan dolar Australia naik 0,4%. Bursa China dan yuan juga menguat pada awal perdagangan dengan indeks Shang hai Composite naik 2,1% tertinggi sejak 1 Agustus dan yuan mencapai level terkuat terhadap dolar sejak Juli.

Trump menyatakan ada peluang bagus bahwa kesepakatan akan tercapai. Namun, kepala negosiasi dagang, Perwakilan Dagang AS Robert Lingthizer, menekankan bahwa masih ada beberapa penghalang besar. Lighthizer menjadi suara utama yang mendorong China melakukan reformasi struktural. Tim negosiator China berada di AS selama akhir pekan dan kedua pihak membahas berbagai isu penting tentang bagaimana menerapkan potensi kesepakatan dagang pada Minggu (24/2), menurut sumber yang mengetahui proses perundingan itu.

“Tarif dan komoditas juga menjadi agenda pembahasan pada Minggu (24/ 2),” kata Lighthizer.

Dua tim negosiator telah membahas sejumlah perbedaan tentang perubahan perlakuan China pada perusahaan-perusahaan milik negara, subsidi, transfer teknologi secara paksa, dan pencurian siber. AS menginginkan mekanisme penegakan yang kuat untuk menjamin komitmen reformasi China sesuai kesepakatan. Adapun Beijing menegaskan pihaknya menyerukan proses yang adil dan obyektif. Sumber lain yang mengetahui perundingan itu menjelaskan, mekanisme ini menjadi poin utama dibahas pada Sabtu (23/ 2).

Reuters sebelumnya melaporkan pada Rabu (20/2) bahwa AS dan China mulai menyusun draf komitmen untuk mengatasi sejumlah masalah dalam konflik dagang kedua negara. Perkembangan ini merupakan kemajuan terbesar mengakhiri perang dagang yang telah berlangsung tujuh bulan. Saat para pejabat menggelar perundingan tingkat tinggi pada Kamis (21/2) dan Jumat (22/2) di Washington, mereka masih jauh dari tuntutan pemerintahan Presiden AS Donald Trump untuk perubahan struktural ekonomi China.

“Draf komitmen yang disusun itu akan mendorong kesepakatan muncul dalam perundingan kedua pihak,” ungkap sejumlah sumber yang terlibat dalam negosiasi itu pada Reuters.

“Negosiator AS dan China menyusun enam nota kesepahaman (MoU) pada sejumlah isu struktural, seperti transfer teknologi secara paksa dan pencurian siber, hak kekayaan intelektual, jasa, mata uang, pertanian, dan penghalang non tarif untuk perdagangan,” kata dua sumber yang mengetahui perkembangan pada perundingan itu.

Pertemuan antara pejabat AS dan China pekan lalu di Beijing diisi dengan kedua pihak saling menukar dokumen dan menyusun sejumlah kewajiban. Proses itu menjadi negosiasi dagang sesungguhnya sehingga pada akhir pekan kedua pihak tetap berada di Beijing untuk bekerja. Mereka pun kemudian memutuskan bertemu lagi di Washington.

Nota kesepahaman itu mencakup isu paling kompleks yang memengaruhi hubungan dagang antara kedua negara dan dari perspektif AS akan mengakhiri tarif yang diterapkan AS pada produk impor asal China. Meski demikian, masih ada kemungkinan perundingan dagang itu gagal menghasilkan kesepakatan.

“Tapi pembahasan nota kesepahaman itu langkah penting agar China menandatangani prinsip-prinsip luas dan komitmen khusus untuk isu-isu penting,” ungkap seorang sumber yang mengetahui perkembangan dalam negosiasi itu. Sejumlah sumber Pemerintah China menjelaskan, dua negara secara mendasar akan mencapai kesepakatan untuk menghindari ketidakseimbangan perdagangan. Meski demikian, masih ada beberapa perbedaan yang harus diatasi.

“Dapat dikatakan kita sekarang dalam fase lari cepat dan tim negosiasi bekerja menuju kesepakatan dalam batas waktu itu, tapi beberapa masalah masih sulit untuk diatasi,” ujar seorang pejabat China. (Syarifudin)

(Dani Jumadil Akhir)

Follow WhatsApp Channel Okezone untuk update berita terbaru setiap hari
Berita Terkait
Telusuri berita finance lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement