Berimbas ke Jalan Arteri
Kemacetan parah di jalan tol tersebut berdampak pada padatnya jalan arteri di Bekasi. Hal ini karena banyak pengendara roda empat memilih keluar tol untuk kemudian mengambil alternatif ke jalan-jalan arteri. Kondisi ini pun sempat di keluhkan Pemerintah Kota (Pemkot) Bekasi. Pasalnya kemacetan yang bermula dari jalur tol menjalar ke wilayah mitra DKI Jakarta tersebut. Wakil Wali Kota Bekasi Tri Adhianto mengatakan, kemacetan yang terjadi karena wilayahnya sedang banyak pembangunan proyek strategis nasional.
“Kemacetan di Kota Bekasi cukup signifikan dan tidak bisa dihindarkan, karena setiap pembangunan berdampak pada kemacetan, apalagi ada empat proyek strategis nasional yang sedang dikerjakan berbarengan,” katanya. Dia mengakui, kendati kerap dilanda kemacetan, pihaknya mendukung program pemerintah pusat. Tri juga mengaku, banyak menampung keluhan masyarakat soal kemacetan yang terjadi di wilayahnya. “Karena Bekasi itu strategis, jadi pembangunannya sangat pesat,” ungkapnya. Untuk minimalisasi kemacetan di tol yang berimbas ke jalan arteri, kata dia, pemerintah melalui Dinas Perhubungan melakukan tindakan dengan mengoptimalkan jaringan ruas jalan yang kerap timbul kemacetan.
Bahkan pemerintah juga melakukan pelarangan terhadap kendaraan berat lebih dari 8 ton dilarang melintas di jalan arteri Bekasi. Pengamat transportasi Universitas Indonesia (UI) Tri Tjahyono menilai, pengerjaan proyek di jalur tol Jakarta-Cikampek yang tak kunjung usai berdampak pada kejenuhan pengendara. Kondisi ini tak jarang menyebabkan buruknya sikap pengendara sehingga kerap terjadi aksi saling serobot jalur. “Ini karena kapasitasnya jalan turun secara ekstrim. Saya yakin enggak ada analisa dampak lalu lintas selama pembangunan,” katanya. Menurutnya, kemacetan akibat proyek ini tidak ada solusinya selain segera menyelesaikan pekerjaan tersebut. Seharusnya, kata dia, operator tol dan kontraktor harus bekerja dengan orientasi prioritas lalu lintas dan bukan proyek.
Tri menilai, proyek tersebut dikerjakan tanpa studi traffic management selama masa konstruksi. Hal ini berbeda dengan proyek yang dinilai cukup baik mengelola lalu lintas yakni pembangunan MRT Jakarta terutama di kawasan Sudirman. “Analisis dampak lalu lintas selama pembangunan harus dibuat dan ditaati,” tandasnya. Dia menyarankan, sebaiknya pihak yang berkepentingan memberikan informasi mengenai jadwal penyempitan jalan dengan baik, khususnya tol layang.