Advertisement
Advertisement
Advertisement
Advertisement

Kilau Emas Meredup di Tengah Penguatan Dolar AS

Kilau Emas Meredup di Tengah Penguatan Dolar AS
Ilustrasi: Harga Emas Turun (Foto Shutterstock)
A
A
A

CHICAGO - Emas berjangka di divisi COMEX New York Mercantile Exchange berakhir lebih rendah pada perdagangan Rabu (Kamis pagi WIB). Hal tersebut karena logam mulia tertekan penguatan dolar AS usai pengumuman kebijakan penurunan suku bunga bank sentral AS, The Fed.

Kontrak emas yang paling aktif untuk pengiriman Desember turun USD4,00 atau 0,08%, menjadi ditutup pada USD1.420,4 per ounce. Demikian dikutip dari Antaranews, Kamis (1/8/2019).

Emas berjangka memperpanjang penurunan mereka ke sesi perdagangan elektronik setelah Federal Reserve AS mengurangi suku bunga utamanya seperempat poin, seperti yang diperkirakan pasar.

Baca Juga: Harga Emas Antam Semakin Mahal Dibanderol Rp711.000/Gram

Federal Reserve menurunkan suku bunga untuk pertama kalinya sejak krisis keuangan global 2008, di tengah peningkatan kekhawatiran atas ketegangan perdagangan, ekonomi global yang melambat, dan tekanan inflasi yang diredam.

Komite Pasar Terbuka Federal (FOMC) memangkas target untuk suku bunga acuan federal fund rate (FFR) sebesar 25 basis poin ke kisaran 2,00% hingga 2,25% setelah mengakhiri pertemuan kebijakan dua hari, sejalan dengan harapan pasar.

Baca Juga: Harga Emas Antam Naik Lagi Jadi Rp707.000 per Gram

Indeks dolar AS, yang mengukur greenback terhadap enam mata uang utama saingannya, naik 0,21% menjadi 98,26 pada pukul 17.30 GMT, sesaat sebelum penyelesaian perdagangan emas.

Emas biasanya bergerak berlawanan arah dengan dolar AS, yang berarti jika dolar AS menguat maka emas berjangka akan jatuh, karena emas yang dihargai dalam dolar AS menjadi lebih mahal bagi investor yang menggunakan mata uang lainnya.

Adapun logam mulia lainnya, perak untuk pengiriman September turun 15,3 sen atau 0,92%, menjadi menetap pada USD16,405 per ounce. Platinum untuk pengiriman Oktober naik USD6,3 atau 0,72%, menjadi ditutup pada USD878,9 per ounce.

(Feby Novalius)

Follow WhatsApp Channel Okezone untuk update berita terbaru setiap hari
Berita Terkait
Telusuri berita finance lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement