JAKARTA - Kondisi ekonomi global kian tak menentu arahnya. Apalagi jika bicara perang dagang antara Amerika Serikat (AS) dengan China. Teranyar, Presiden AS Donald Trump menunda pengenaan tarif untuk barang China, setelah sebelumnya perang dagang terus memanas.
Direktur PT Anugerah Mega Investama Hans Kwee mengatakan, penundaan tarif barang China ini akan menjadi penyemangat pergerakan pasar saham selama sepekan ke depan.
"Faktor pengerak pasar pekan ini meredanya tensi perang dagang China dan AS menjadi sentimen positif bagi bursa saham," kata Hans Kwee dalam keterangan tertulisnya, Jakarta, Minggu (15/9/2019).
Baca Juga: Sambut Akhir Pekan, IHSG Malah Tergelincir ke 6.334
Menurut Hans Kwee, peluang The Fed melakukan penurunan suku bunga acuan sebesar 25 basis poin pada bulan September menjadi katalis positif bagi bursa saham
Sementara itu, risiko Brexit tanpa kesepatan akibat perbedaan perdana menteri Inggris dan parlemen masih akan menjadi perhatian pasar. Masalah perdana menteri dan Irlandia masih akan menjadi perhatian pasar.
Baca Juga: Bertahan di Zona Hijau, IHSG Sesi I Menguat ke 6.343

Bila Fed kembali menurunkan suku bunga membawa peluang bagi Bank Indonesia untuk kembali menurunkan suku bunga acuan 25 basis poin. Bila ini terjadi membawa sentimen yang positif bagi pasar saham.
"Sepekan ke depan IHSG berpeluang konsolidasi menguat terbatas dengan support di level 6.305 sampai 6.239 dan resiatance di level 6.414 sampai 6.468," katanya.

Sebelumnya, Presiden Donald Trump mengumumkan penundaan kenaikan tarif impor China senilai USD250 miliar dari 1 Oktober ke 15 Oktober. Trump mengatakan ini sebagai isyarat niat baik.
Langkah ini meningkatkan harapan dari mencairnya solusi perdagangan antara dua ekonomi terbesar dunia itu. China telah mengeluarkan 16 jenis barang AS dari bea masuk tambahan, menjelang negosiasi perdagangan bulan depan dengan AS.
China telah menawarkan lebih banyak pembelian produk pertanian AS. China juga meminta penundaan kenaikan tarif impor.
(Dani Jumadil Akhir)