Advertisement
Advertisement
Advertisement
Advertisement

Kebutuhan Co-Living Terus Meningkat, Saatnya Pengembang Melantai di Bursa?

Giri Hartomo , Jurnalis-Kamis, 21 November 2019 |13:54 WIB
   Kebutuhan Co-Living Terus Meningkat, Saatnya Pengembang Melantai di Bursa?
Pengembang Melantai di Bursa? (Foto: Shutterstock)
A
A
A

JAKARTA - Tren industri co-living memiliki prospek bisnis yang cukup menjanjikan di sektor properti. Khususnya pada bisnis residensial dengan harga dibawah Rp800 juta dan memiliki pendapatan berulang atau tetap seperti passive income setiap bulannya.

Baca Juga: MNC Sekuritas Sabet Penghargaan IDX Islamic Challenge 2019

Analis MNC Sekuritas Edwin Sebayang mengatakan kebutuhan masyarakat akan hunian seperti hotel maupun properti berkonsep co-living masih sangat besar. Apalagi, angka backlog atau defisit ketersediaan rumah masih sangat tinggi yang mana jumlahnya mencapai 300-400 ribu unit per tahun.

“Perusahaan properti yang memiliki prospek bagus antara lain properti di sektor industri, berkaitan dengan emiten properti yang mendapatkan pendapatan berulang seperti hotel, mal dan konsep co-living karena lebih stabil dibanding yang hanya khusus jual putus,” ujarnya di Jakarta, Kamis (21/11/2019).

Baca Juga: Bidik Milenial, MNC Sekuritas Buka Galeri Investasi di Karawang

Edwin menambahkan apabila dilihat secara rata-rata year to date kinerja emiten properti terbilang masih lumayan bagus. Namun, hal itu juga harus didasari oleh kinerja fundamental perusahaan tersebut.

Apabila ada perusahaan properti berencana melakukan IPO, saat ini dinilai sebagai waktu yang tepat. Selain tren suku bunga pinjaman terus menurun, loan to value (LTV) diperlonggar dan asing makin mudah memiliki aset properti di Indonesia.

“Sektor properti kedepannya diperkirakan akan bergairah. Kalau mau IPO saat ini, sangat tepat karena kondisi ekonomi sedang stabil,” katanya.

 Pekan Kedua Bulan Juli, IHSG Merosot 0,19 Persen

Halaman:
Follow WhatsApp Channel Okezone untuk update berita terbaru setiap hari
Topik Artikel :
Berita Terkait
Telusuri berita finance lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement