JAKARTA - Chief Economist PT Bank CIMB Niaga Adrian Panggabean memperkirakan ekonomi global dan Indonesia baru akan pulih pada 2021. Sementara untuk tahun ini pertumbuhan ekonomi global masih akan berdarah-darah untuk melawan corona.
Adrian menambahkan, prediksi tersebut berdasarkan keterangan dari organisasi kesehatan dunia (WHO) yang menyebutkan vaksin dari virus corona yang akan disebarkan ke seluruh dunia dalam 18 ke depan. Saat ini vaksin tersebut sedang dalam penelitian.
"Ini artinya solusi global terhadap krisis ekonomi sekarang baru akan terjadi pada pertengahan 2021 atau pertengahan tahun depan," ujarnya dalam diskusi virtual, Minggu (26/4/2020).
Baca juga: Menkeu Ungkap 3 Langkah Indonesia Hadapi Virus Corona, Apa Saja?
Sementara itu, khusus di Indonesia, krisis ekonomi ini akan berhasil ketika kebijakan dari pemerintah berjalan efektif untuk menekan penyebaran virus corona. Utamanya adalah kebijakna Pembatasan Sosial Berskala Besar (PSBB) yang sudah dilakukan di beberapa daerah.
"Dan pertanyaan nomor dua sampai kapan itu tergantung dari bagaimana virus itu diselesaikan. Jadi tergantung bagaimana social distancing ini bisa berlangsung," ucapnya.
Menurut Adrian, Krisis ekonomi 2020 memang agak sedikit berbeda dari krisis sebelumnya. Sebab pada krisis tahun ini memiliki tiga dimensi besar yakni wabah Covid-19, kebijakan sosio-politik untuk menekan penyebaran Covid-19 (social distancing dan phisical distancing) serta pengaruh negatif bagi perekonomian dunia.
Baca Juga: Kuat saat Krisis 1998, UMKM Kini Paling Terdampak Corona
Adrian menjelaskan ketiga kombinasi tersebut saling berhubungan satu sama lain. Tingkat pengaruh ekonomi ditentukan oleh bagaimana kebijakan sosial distancing maupun phisical distancing akan ukan dan dalam jangka berapa waktunya.
Sementara kebijakan social distancing akan ditentukan oleh kemampuan negara negara di dunia untuk mengatasi Covid-19.Selain itu lanjut Adrian masalah yang dihadapi dalam menangani krisis ekonomi 2020 ini adalah terjadinya polarisasi di dunia.
Polarisasi itu antara lain terjadinya persaingan antara Rusia dengan OPEC, rivalitas antara China dan Amerika Serikat, Eropa versus Eropa, negara kaya dan negara miskin. Polarisasi inilah yang membuat solusi secara global menghadapi sejumlah kendala yang harus terlebih dahulu diatasi.
"Krisis ekonomi global 2020 ini memiliki karakteristik yang berbeda jika dibandingkan krisis 1997-1998 maupun krisis ekonomi 2008," ucapnya.
(Kurniasih Miftakhul Jannah)