JAKARTA - Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat neraca perdagangan Indonesia pada Mei 2020 mengalami surplus USD2,1 miliar. Angka ini dikarenakan nilai ekspor yang lebih besar dibandingkan dengan nilai impor.
Adapun nilai ekspor pada Mei tercatat sebesar USD10,53 miliar atau turun 28,9% jika dibandingkan dengan periode yang sama tahun lalu. Sedangkan nilai impor RI pada Mei mencapai USD8,44 miliar atau turun sebesar 42,2% dibandingkan periode yang sama tahun lalu.
Baca Juga: Neraca Perdagangan Mei Surplus USD2,1 Miliar di Tengah Anjloknya Ekspor RI
Menanggapi hal tersebut, Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati mengatakan, meskipun surplus namun neraca perdagangan harus terus diwaspadai. Mengingat baik ekspor maupun impor mengalami penurunan.
Khusus ekspor penurunan terjadi akibat situasi global yang terus menurun. Bahkan negara-negara lain pun mengalami kontraksi yang cukup besar termasuk Amerika Serikat hingga Jepang.
Baca Juga: Neraca Dagang Mei 2020, Diprediksi Surplus USD697 Juta
Secara rinci, ekspor pada Mei 2020 tercatat sebesar USD10,53 miliar. Bila dibandingkan dengan April 2020, berarti nilai total ekspor turun 13,40%, dan bila dibandingkan dengan Mei 2019, nilai ekspor turun lebih tajam, yaitu 28,95%.
Bila dilihat berdasarkan sektor, penurunan ekspor terlihat di sektor pertanian yang turun 16,97% mom dan secara tahunan turun 25,48% yoy. Kemudian untuk industri pengolahan yang turun 14,92% mom atau 25,90% yoy.
Lalu untuk sektor pertambangan dan lainnya yang terkoreksi 13,7% mom atau bila secara tahunan turun 38,71% yoy. Sementara sektor minyak dan gas (migas) masih mengalami pertumbuhan sebesar 15,64% mom, namun jika dibandingkan dengan periode yang sama tahun lalu, nilai ekspor migas Indonesia terkoreksi 42,64% yoy.
"Ekspor kita mengalami pelemahan karena ekonomi global. India mengalami kontraksi double digit, Eropa double digit, AS hampir 10% di kuartal II, Jepang pun sama," ujarnya dalam telekonferensi APBN KiTA, Selasa (16/6/2020).