JAKARTA - Menteri Koordinator bidang Maritim dan Investasi Luhut Binsar Pandjaitan melakukan pertemuan dengan Menteri Pertahanan (Menhan) Prabowo Subianto.
Keduanya membahas timah dan rare earth atau logam tanah jarang untuk pembuatan senjata. Lalu apa itu rare earth?
Mengutip berbagai sumber, Jakarta, Selasa (23/6/2020), rare earth atau biasa disebut logam tanah jarang (LTJ) atau unsur tanah jarang adalah kumpulan 17 unsur kimia pada tabel periodik, terutama 15 lantanida ditambah skandium dan yttrium.
Baca Juga: Pertemuan Menko Luhut-Prabowo, Bahas Rare Earth untuk Pembuatan Senjata
Skandium dan yttrium dianggap sebagai logam tanah jarang karena sering ditemukan pada deposit-deposit bijih lantanida dan memiliki karakteristik kimia yang mirip dengan lantanida.
Meskipun namanya logam tanah jarang, tetapi logam-logam ini cukup melimpah jumlahnya di kerak bumi, dengan serium sebagai unsur paling melimpah ke-25 dengan 68 bagian per juta (mirip tembaga).
Baca Juga: Bertemu Prabowo, Menko Luhut: Biasa Bernostalgia
Meski begitu, karena karakteristik geokimianya, logam tanah jarang ditemukan pada kondisi sangat tersebar dan sedikit ditemukan dalam jumlah yang banyak, sehingga nilai ekonominya kecil. Sumber-sumber deposit logam tanah jarang yang banyak dan bernilai ekonomis biasanya menyatu menjadi mineral tanah jarang.
Mineral pertama yang ditemukan adalah gadolinit, senyawa kimia yang tersusun dari serium, yttrium, besi, silikon, dan unsur lainnya. Mineral ini diekstrak dari sebuah tambang di desa Ytterby di Swedia. Beberapa nama logam tanah jarang juga mendapatkan namanya dari lokasi tambang ini.
(Dani Jumadil Akhir)