Advertisement
Advertisement
Advertisement
Advertisement

Swiss Masuk Jurang Resesi, Ekonomi Minus 8,2%

Giri Hartomo , Jurnalis-Jum'at, 28 Agustus 2020 |10:24 WIB
Swiss Masuk Jurang Resesi, Ekonomi Minus 8,2%
Krisis Ekonomi (Ilustrasi: Shutterstock)
A
A
A

JAKARTA - Ekonomi Swiss resmi mengalami resesi akibat pandemi virus corona. Pada kuartal II 2020, ekonomi Swiss minus 8,2%, pertumbuhan ekonomi ini yang terburuk sejak tahun 1980

"Pada kuartal kedua, PDB Swiss (produk domestik bruto) mengalami penurunan terbesar sejak pencatatan data kuartalan dimulai pada 1980," ujar Kementerian urusan Ekonomi (SECO) mengutip dari TheLocal, Jumat (28/8/2020).

Baca Juga: 31 Negara Alami Resesi Imbas Covid-19, Berikut Daftarnya

Adapun resesi didefinisikan jika ekonomi suatu negara mengalami minus selama dua kuartal berturut-turut. Pada kuartal pertama, ekonomi negara Alpen yang kaya itu mengalami minus 2,5% dibandingkan kuartal sebelumnya.

SECO menyebut jika tidak hanya ekonomi Swiss saja yang mengalami resesi. Tapi dengan ekonomi global juga dalam resesi tajam karena pandemi mengamuk di seluruh dunia.

Baca Juga: Aura Krisis, IMF hingga World Bank Bicara Ekonomi Minus hingga Resesi

Hingga saat ini, lebih dari 820.000 orang telah meninggal dari sekitar 24 juta yang terinfeksi secara global oleh virus corona baru. Khusus di Swiss, sudah ada 40.000 kasus dengan 1.700 kematian

"Penurunan PDB tetap terbatas dalam perbandingan internasional,” sebut SECO.

Selama kuartal kedua, Swiss mengalami penurunan manufaktur 9%, dengan pertumbuhan industri farmasi yang cukup besar. Hal ini membantu untuk mencegah penurunan ekonomi yang lebih tajam di negara itu

Ekspor barang, tidak termasuk logam mulia dan barang berharga lainnya, turun 9,4%. Sementara itu, sektor jasa Swiss terpukul paling parah oleh langkah-langkah yang diambil untuk mengatasi pandemi, dengan layanan akomodasi dan makanan misalnya yang anjlok lebih dari 54%.

SECO menunjukkan bahwa layanan terkait pariwisata memiliki bagian yang lebih kecil dari PDB daripada di sebagian besar negara tetangga. Namun secara internal, langkah-langkah tersebut, yang menutup toko dan restoran, memukul konsumsi swasta dengan keras, mendorongnya turun 8,6%.

"Penurunan bersejarah dengan impor barang turun 14,3% dan jasa lebih dari 22%,” kata Seco.

(Kurniasih Miftakhul Jannah)

Follow WhatsApp Channel Okezone untuk update berita terbaru setiap hari
Berita Terkait
Telusuri berita finance lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement