JAKARTA – Nilai tukar Rupiah terhadap Dolar Amerika Serikat (AS) diprediksi masih melemah. Diperkiraan pergerakan Rupiah hari ini berada pada level Rp14.700-Rp14.950 per USD.
Mengutip data Treasury MNC Bank, Rabu (23/9/2020), Rupiah pada perdagangan Selasa 22 September ditutup melemah 0,58% atau 85 poin ke level Rp14.785 per USD. Kurs tengah BI juga melemah 0,40% menjadi Rp14.782 per USD. Sementara dolar index menguat 0,11% menjadi 93.756.
Baca Juga:Â Rupiah Semakin Tertekan, Lawan Dolar AS Tersungkur ke Rp14.802/USD
Informasi mengenai skandal pencucian uang bank raksasa dunia, kemungkinan lockdown di Inggris, aksi jual Wall Street, rencana amandemen undang-undang Bank Indonesia, hingga ramalan resesi Indonesia oleh Menteri Kuangan Sri Mulyani Indrawati memberikan pukulan telak bagi pasar keuangan Indonesia.
"Kemenkeu yang tadinya melihat ekonomi kuartal III minus 1,1% hingga positif 0,2%, dan yang terbaru per September 2020 ini minus 2,9% sampai minus 1,0%. Negatif teritori pada kuartal III ini akan berlangsung di kuartal IV. Namun kita usahakan dekati nol," kata Sri Mulyani dalam konferensi pers Selasa kemarin.
Dari prediksi tersebut, resesi pasti terjadi di Indonesia, dan menjadi yang pertama sejak tahun 1999.
Baca Juga:Â Dolar AS Perkasa di Tengah Kegelisahan Pasar Keuangan
Sri Mulyani juga mengatakan untuk sepanjang 2020, PDB diproyeksikan berada di minus 0,6% sampai minus 1,7%. Resesi tidak bisa dihindari, sebab Indonesia dan dunia sedang berjuang melawan krisis kesehatan akibat Covid-19.
Negara-negara dihadapkan pada pilihan mengutamakan kesehatan atau perekonomian. Pemerintah secara tegas menyatakan keduanya harus berjalan bersama, meski demikian roda perekonomian tentu saja tidak bisa berputar dengan cepat.
Kemarin dollar index kembali naik 0,34% ke 93,974, yang merupakan level tertinggi sejak 27 juli lalu merespon pernyataan Presiden The Fed Chicago, Carles Evans.