JAKARTA - Nilai tukar Rupiah terhadap dolar Amerika Serikat (AS) diprediksi bergerak menguat di kisaran Rp14.600 per USD-Rp14.800 per USD pada perdagangan hari ini.
Pekan lalu Rupiah bergerak cukup variatif, dan berakhir di level 14.698 per USD, melemah 8 poin atau 0,05% berdasarkan data Bloomberg . Kurs Jisdor juga melemah 6 poin dibandingkan dengan posisi Kamis (15/10/2020) di level 14.760. Sementara dollar index juga terkoreksi 0,19% ke level 93,682.
Dari dalam negeri, sentimen cukup banyak berkembang di pasar, mulai dari keputusan suku bunga acuan Bank Indonesia, neraca perdagangan, ramalan Dana Moneter Internasional (IMF) hingga demo penolakan UU Cipta Kerja. Demikian seperti dikutip keterangan Treasury MNC Bank, Jakarta, Senin (19/10/2020).
Baca Juga:Â Rupiah Menguat ke Rp14.696/USDÂ
Pada 13 Oktober, Bank Indonesia mengumumkan tetap mempertahankan suku bunga acuan BI 7 Day Reverse Repo Rate di angka 4%. Fokus BI tetap pada stabilitas nilai tukar Rupiah. BI juga memperkirakan transaksi berjalan RI yang selama ini defisit akan berubah menjadi surplus.
Berikutnya, IMF merilis proyeksi ekonomi global terbaru pada pekan lalu. IMF kini memperkirakan ekonomi dunia 2020 mengalami kontraksi 4,4%. Membaik dibandingkan proyeksi yang dirilis pada April lalu yaitu sebesar -4,9%. Namun, IMF memangkas proyeksi pertumbuhan ekonomi Indonesia yang pada Juni lalu, diperkirakan terkontraksi 0,3% menjadi terkontraksi 1,5%.
Demonstrasi mahasiswa bersama aktivis buruh dan masyarakat menyuarakan tentang penolakan terhadap Omnibus Law UU Cipta Kerja yang ricuh sempat memberikan sentimen negatif terhadap Rupiah. Jika dilihat dari perspektif yang berbeda, Undang-undang ini ditujukan untuk membuat regulasi yang tidak tumpang tindih guna mendatangkan investor dari luar, menciptakan lapangan kerja dan membantu Indonesia memerangi kemiskinan. Pemerintah masih gencar melakukan sosialisasi agar tidak terjadi lagi kesalahpahaman di masyarakat mengenai omnibus law ini.